AriMama Aang Nuh Gentur - cianjur eta salahsahiji sosok ulama tanah pasundan anu al-alim al-alamah al-kamilil-wara. di waktu beliau berziarah ke makam Habib Husen bin Abu bakar Al-Aydrus di Luar Batang, daerah Pasar Ikan, Syekh Abdullah az-Zawawi, Hasballah, dan Syekh Bakar as-Satha, semuanya adalah orang Arab. Haji Hasan Mustafa
Seknas GUSDURian Ziarahi Makam Tokoh NU Mama Abdullah bin Nuh Sekretariat Nasional Seknas jaringan GUSDURian menziarahi Makam Mama Abdullah bin Nuh yang merupakan tokoh Nahdlatul Ulama Kota Bogor pada hari Kamis 12/01. Kegiatan yang menjadi program GUSDURian untuk kembali menebarkan nilai-nilai tokoh Guru Bangsa KH Abdurahman Wahid. Selaku GUSDURian Kabupaten Bogor M Rizal Aris mengajak kepada rombongan Seknas GUSDURian menziarahi dan bertawasul kepada tokoh NU kharismatik. “Gus Dur menjadi tokoh bangsa yang luar biasa dikarnakan hubungan lahir dan batinnya terhadap yang hidup memberi kemaslahan dan juga kepada yang sudah meninggal pun tetap memiliki keintiman khusus dengan menziarahi dan bertawasul, hal ini merupakan tradisi yang diajarkan Walisongo dan para pendiri NU,” Ujar yang pernah memimpin PC Lakpesdam NU Kota Depok. Tambahnya bahwa sebagai penggerak GUSDURian Bogor Raya, ia siap mendampingi Seknas berdiskusi terkait kondisi dan program kerja GUSDURian Bogor. Pada saat yang sama KH Musthafa Abdullah bin Nuh selaku Rais Syuriah Kota Bogor menyatakan syukur atas silaturahmi Seknas GUSDURian. “Bagaimana pun kita tidak pungkiri bahwa Gus Dur adalah Wali min Aulia Allah yang hingga kini Makamnya menjadi destinasi ziarah setelah Walisongo. Values dari ketokohan beliau senantiasa di ingat sepanjang masa, terlebih dengan adanya GUSDURian harus menyebarkan nilai-nilai pemikiran dan gagasan gusdur.” Jelas putra dari Mama Abdullah bin Nuh. Diketahui kegiatan silaturahmi dan juga konsolidasi Seknas GUSDURian yang dihadiri Nur Solikhin, Della, Muna dengan GUSDURian Bogor Raya M Rizal Aris, Yudi, Agus, Buce, Gus Turmudi, hal ini untuk kembali menguatkan jaringan pecinta Gus Dur. Pewarta Abdul Mun’im Hasan
2 Analisis terhadap pengalaman-pengalaman rohani yang dialami Syekh Muhammad Samman yang berupa "dialog gaib" dalam pertemuannya dengan Nabi Muhammad saw. (hal. 8) Apabila seorang sufi "meminum arak" (air makrifatu l-Lah) ia akan "mabuk" (sakr). Seorang sufi "meminum arak" berarti ia menerima ilmu tajalli yang berupa makrifat See other formats . u a >z asa m ral i PENERBIT TELADAN Surabaya DAFTAR ISI 1. MUQADDIMAH Masuknya Islam ke Indonesia Masuknya Islam ke Jawa Kissah Kean Santang Kerajaan Demak ; . Wali Sanga Apa yang diajarkan mereka .... BAB PERTAMA 2. Islam masuk ke Jawa Barat Tempat-tempat dimakamkannya Tokoh-tokoh - Islam 3. Kesultanan Banten 4. Banten sebagai benteng Islam 5. Banten di Zaman Maulana Hasanuddin 6. Banten pada masa Maulana Yusuf bin Hasanu- ddin 7. ' Sedikit tentang orang Baduy 8. Zaman Muhammad bin Yusuf ... MUQ ADDIM AH Beberapa penulis sejarah mengira masuknya Islam ke Indo- nesia itu pada abad ketigabelas Masehi. Akan tetapi dugaan saya kuat sekali, bahwa datangnya Islam ke Asia Tenggara jauh lebih lama lagi dari perkiraan tadi itu. Hubungan perdagangan antara Indonesia dan sekitarnya dengan negeri Arab atau bangsa Arab merupakan suatu sejarah ber- abad-abad sebelum lahirnya Nabi Muhammad Ber-abad-abad sebelum itu kota-kota di Yaman telah mem- punyai hubungan perdagangan luas dengan negeri-negeri lain. Sejak kira-kira lebih dari 2000 tahun yang lalu dengan terus- menerus bangsa Arab melancarkan hubungan -hubungan per- dagangan luas di luar negeri. Mereka merupakan orang-orang perantara antara Eropa dahulu dengan negeri-negeri di Timur jauh. Mereka tidak hanya memperdagangkan hasil-hasil tanah Arab saja, akan tetapi perdagangan mereka meliputi pula barang- barang yang mereka datangkan dari Afrika, India dsb. , yaitu gading gajah, wangi-wangian, rempah-rempah, batu-batu permata, emas, sahaya dsb. *. . Ada kemungkian besar sekali bahwa Islam dibawa oleh pedagang-pedagang Arab ke Asia Tenggara pada abad-abad per- tama dari tarikh Hijrah. Ini menjadi lebih kuat apabila diingatkan bahwa pada abad kedua sebelum Masehi perdagangan dengan Sai- lan sudah seluruhnya ditangan bangsa Arab. **. Memang bangsa Arab dahulu adalah pengembara benar-benar seperti keadaan mereka pada masa kini. Pengembara-pengembara . Arab itu terdiri dari pedagang-pedagang. Konon jumlah mereka yang ada di Koromandel yang, dalam sejarah kita terkenal de- ngan nama Keling adalah sebanyak orang, bahkan disepanjang pantai Malabar jumlah mereka lebih banyak lagi, dan yang telah sampai di Tiongkok berjumlah puluhan ribu se- hingga pemerintah Tiongkok menyediakan tempat-tempat ter- *. lihat Gustave Le Bon, "Hadarat al Arab ”, terjemahan dari "La Civilisation des Arabes*'. cetakan ketiga Cairo 1956, halaman 95. **. lihat T. W. Amold, The Preaching of Islam, London 1913, halaman 363. i tentu untuk kediaman mereka dibeberapa kota Tiongkok, *. Kapal-kapal dagang dimasa jayanya kaum Muslimin dahulu berlayar dilautan India dari Selat Malaka menuju pulau Nikobar, a Andaman, Maladiv dll. Diantara kapal-kapal itu ada juga yang mengubah perjalanannya sampai ke Madagaskar, ada yang mem- bawa barang-barang dagangan dari Afrika Selatan ke Guinea dan sekitarnya, lalu kembali ke Madagaskar. **. Seluruh pantai lautan tsb. itu dahulu di kuasai oleh kaum Muslimin , dari bangsa Arab dll. Kemudian disepanjang pesisir Sind, dimana tersebar, agama Islam, terdapat perkembangan- perkembangan tempat ulama-ulama ahli tasauf menyiarkan Agama Islam, dan golongan ’Alawiyin mengikuti jejak mereka itu se- waktu berjuang menyiarkan Agama Islam di Timur Jauh. Kam- bai dan Gujarat diwaktu itu merupakan tempat-tempat pusat berkumpulnya pedagang-pedagang dari Oman, Hedramaut dan Teluk Persi sejak masa sebelum lahirnya Agama Islam.*** MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA Sulaiman as— Sirafi, pedagang dari pelabuhan Siraf di Te- luk Persi yang pernah mengunjungi Timur jauh, mengatakan di Sala Sulawesi terdapat orang-orang Islam pada waktu itu, yaitu kira-kira pada akhir abad kedua Hijrah. Hal ini dapat dipastikan dan tidak perlu dijelaskan lagi karena perdagangan rempah-rempah dan wangi-wangian yang terdapat di Maluku dan sekitaAiya sangat menarik pedagang-pedagang Muslimin. ****. Dapat dipastikan bahwa utusan resmi yang pertama dari kerajaan Islam ke Tiongkok terjadi pada masa Khalifah ketiga, Utsman bin’Affan. Dalam buku ”Nukhbat ad — dahr”, karangan Syekh Syamsuddin Abu Ubaidillah Muhammad bin Tolib ad— *. lihat S. Alwi bin Tahir Al HaddacL, Sejarah Perkembangan Ulam cetakan 1 957, halaman 1 1. **. Ibid, halaman 12— 13. **•. Ibid. halaman 13. • *** Ibid. halaman 21 r b Dimasyqi yang terkenal dengan nama Syekh Ar-Rabwah, dikata- kan bahwa Islam memasuki kepulauan ini Indonesia pada tahun 30 H. pada masa khalifah Utsman. * Rupanya, Sayyidina Utsman bin ’Affan telah pula mengirim- kan utusan-utusan ke Indonesia, atau mungkin utusan ke Tiong- kok itu diperintahkan beliau supaya singgah ke Indonesia, karena utusan ini memakan tempo empat tahun dalam perjalanannya. ** Khalifah-khalifah Islam, menurut sejarah-sejarah Tiongkok, telah mengirimkan 32 utusan ke Tiongkok. ***. Tentunya utusan-utusan ini singgah ke Indonesia, sebab satu- satunya jalan yang mudah untuk sampai di Tiongkok Selatan itu ialah melalui kepulauan Asia Tenggara. MASUKNYA ISLAM KE JAWA Usaha pertama untuk memasukkan agama Islam ke Pulau Jawa telah dilakukan oleh seorang bangsawan dari Pasundan pada sekitar akhir abad keduabelas Masehi. Seorang Raja dari Pajajaran wafat dan meninggalkan dua orang anak laki-laki. Yang tua, dari kedua putera raja ini, telah tertarik hatinya oleh dunia perdagangan dan lalu mengadakan perjalanan dagang ke India, yaitu setelah ia meninggalkan kerajaan Pajajaran untuk adiknya yang naik takhta pada tahun 1190 M. dengan bergelar Prabu Munding Sari. Dalam perjalanan kelilingnya, saudara tuanya itu menjumpai beberapa saudagar bangsa Arab karena itu ia memeluk Islam, lalu memakai nama Haji Purwa. Setelah datang kembali ditanah- aimya, maka ia dengan bantuan seorang ulama dari Arab, men- coba meng-Islamkan saudaranya dan seluruh keluarga kerajaan. Akan tetapi usahanya ini tidak berhasil, malah setelah itu larilah ia kehutan rimba karena takut akan raja dan rakyatnya yang masih beragama Hindu .itu. ****. *lbid, halaman 26 • • Ibld, halaman 26. *•'*. lihat "Al — ’llaqat" karangan Badruddin. seorang Muslim Tionghoa ditulis- nyo dalam Bahasa Arab. **•*. lihat T. W. Amold. The Preaching of Islam, cetakan kedua, halaman 378. KISSAH KEAN SANTANG Kata sahibul-hikayat, Raja Cakrabuana dari Tanah Pasundan, pergi ke Makkah akan melakukan ibadah haji beserta dengan seorang puteri, adiknya, namanya Ratu Rara Santang, yang ke- mudian dikawin oleh seorang raja. Dari perkawinan ini lahirlah dua orang putera Syarif Hidayat dan adiknya Syarif Nurullah. Syarif Hidayat menjadi seorang ulama yang akhirnya datang di Pulau Jawa, kemudian tinggal di Gunung A ng saran, di Cirebon. Disana Syarif Hidayat bertemu dengan pak -tuanya, kakak ibunya, Raja Cakrabuana yang pernah lama tinggal di Makkah, dan setelah adiknya. Ratu Rara Santang kawin sebagaimana dikatakan tadi pulanglah ia Kean Santang kembali kepulau Jawa dengan maksud meng-Islamkan bangsanya sendiri. Ia terkenal dengan beberpa na- ma Kean Santang , Walang Sungsang, Sangiang Lumajang, Pange- ran Gagak Lumaju, Garantang Setra, Haji Duliman Dzul-iman = yang beriman. Sunan Rahmat, Bajanullah dsb. Adapun Ratu Rara Santang, setelah menjadi Prameswari, terkenal dengan nama Syarifah Monda’im. Karena Raja Pajajaran tetap tidak mau menerima agama Islam, maka Kean Santang diusirnya dari Pajajaran. Ia mengung- si ke Cirebon. Disana Kean Santang diterima oleh Kuwu Pakung- wati, dan diberinya tempat tinggal. * Kisah Kean Santang ini, andaikata benar-benar terjadi, tentunya kemudian dari pada kissah Haji Purwa. KERAJAAN DEMAK Setelah meneliti Sejarah Islam di Indonesia, saya yakin bahwa Islam masuk ke Jawa dalam keadaan mumi, dibawa oleh ulama-ulama Ahli Sunnahwal Jama’ah, madzhab Syafi’i. Sebagaimana akan diterangkan nanti para ulama tadi itu menge- tahui apa yang benar-benar ajaran Islam dan apa pula yang tidak demikian. *. lihat Dr. Asikih Roe catan sejarah Soemedang, halaman 15 — 18 4 Maka berdirilah kerajaan Islam pertama di Jawa, yaitu Kerajaan Demak dari ± 1478 M. hingga 1546 M. Kerajaan Demak berdiri atas dasar ajaran Tal a m yang mumi, dengan raja-raja-nya yang berketurunan bangsawan Jawa. Me- nurut hikayat, raja-raja inilah yang sengaja pergi untuk merusak patung-patung berhala atau mengambilnya untuk dibuang kelaut. Sampai dimana benarnya hikayat ini, wallahu a’lam. Kesultanan Demak berdiri menjadi pusat Kerajaan Jawa setelah Majapahit -runtuh. Runtuhnya Majapahit itu sudah ter- lihat permulaannya sejak timbul perang saudara karena pemberon- takan Wirabumi 1401 — 1406. Meskipun pemberontakan ini dapat ditindas, namun telah menimbulkan banyak kerusakan dan kekacauan. Perang saudara timbul berkali-kali. Maka pengaruh Majapahit di luar Jawa tak dapat dipertahankan. . Pada tahun 1478 Majapahit diserbu dari Daha, yang lalu men- jadi Pusat Kerajaan Hindu, tetapi tidak sebesar Majapahit, se- bab wilayahnya hanya meliputi daerah pedalaman sekitarnya saja. *. Menurut riwayat mashur, raja Majapahit mengangkat Ra- den Patah mungkin asalnya R. Abdul Fattah sebagai adipati didaerah sebelah selatan Gunung Muria, yang bernama Bintoro. Di sana R. Patah mendirikan Keraton, yang nantinya akan men- jadi pusat bagi suatu negara yang berusaha menguasai seluruh Jawa dan sekitarnya. Pusat itu namanya Demak. Kerajaan Demak ini pada permulaan abad ke 16 M. menjadi besar di bawah pe- f merintahan Raden Patah yang masih keturunan Majapahit itu. Kesultanan Demak ini meliputi Pantai Utara hingga Gresik. Setelah R. Patah meninggal, di gantilah oleh puteranya. Pati Unus, yang terkenal sebagai Pangeran Sebrang Lor, karena ketika se- belum menjadi Sultan ia giat memerangi bangsa Portugis disebe- rang Utara. . Permusuhan antara Demak dan bangsa Portugis itu telah menye- *. lihat ; Drs. Soeroto, Indonesia ditengah-tengah dunia dari abad ke abad , Jilid II, 1961, halaman 168 — 1 69, babkan bangsa Portugis toaffima Hindu. Se- 2T £ M IMS» •?* 1521 M to diganti oleh adiknya, Raden tentara dibawah pimpinan Kemudian R. ^“°TSutg"a““tuk menguasai Jawa r?. *» buah " w ” Banten dan Cirebon. WALI SANGA APA YANG DIAJARKAN MEREKA Adalah kepercayaan umum J^S, ^drtSa^ h' 8 »™ bahwa penyebaran Islam dmm bUan Wa h atau terkenal, dengan sebutan Wah Sanga i ”Waliyyus-Sana” yang P at *\ P 3 maka para wa li itu hanya Menurut perkataan yang Pe , kedua tidak membatasi sembilan orang jumlahnya, tetap * * kitab-kitab se- jumlahnya. Mengenai ^n=n Ampel, Sunan r r n s-“o “ C, sunan Kalijaga, Sunan Kudus, 35 Sunan Gunung Jati dan lain-lainnya. dari kitab ini akan kami terangkan silsilah Mal, ilmu P^lTprit? Mei “Tk, memu i tuiisan f “diT ii ^n?d Nama -nama itu ialah 1. Ihya ’Ulumiddin oleh Imam Ghazali. 2. Kitab ”Talkhis al minhaj” singkatan Minhaj Imam Nawawi. 3. Qut UI qulub, karangan Abu Tolib al Makky salah satu * sumber bagi kitab Ihya-nya Ghazali. 4. Pikantaki = Daud al Antoky. 5. Abu Yazid al — Bustami, 7 * . .. i 6. Muhyiddin Ibn Arabi. 7. Ibrahim al ’Iraqi. 8. Seh Samangu ’Asarani ? . 9. ’Tamhid fi bayanit - tauhid” karangan Abu Syukur As- Salami. • 10. Abdulqadir al Jailani. 11. Syekh Rudadi ? . 12. Syekh Sabti ? . 13. Pandita Sujadi wa Kuwatihi ? . Fikih , Tauhid tasawwuf lengkap dan tersusun rapi dalam Primbon Sunan Bonang itu menurut ajaran ’aqaid Ahh Sunnah wal Jama’ah dengan mazhab Syafi’i. Primbon itu disamping meng- ajak kepada tauhid, juga mencegah pembacanya dari berbuat musyrik. Sunan Bonang menyatakan sesatnya beberapa faham ten- tang Ketuhanan, yaitu diantara lain faham ini 1. Faham bahwa dzat Allah itu ialah kekosongan hampa semesta. 2. Faham bahwa yang ada itu ialah Allah, yang tiada itu ialah Allah juga. 3. Faham bahwa nama-Nya itulah juga kehendakNya nama- ' nya itulah juga Dzat-Nya dan sebaliknya. 4. Faham Batiniyah yang antara lain, mengatakan segala makh- luq itu sifat Tuhan. 5. Faham ”kawula-gusti” hamba dan Tuhan bersatu. 6. Faham Wahdatul-wujud Pantheisme yang mengatakan bah- wa Tuhan dengan makhluq itu identik. 7. Semua faham -faham ini oleh Sunan Bonang dianggap sesat, kufur. Tiang-tiang ’aqaid Islam yang sangat hendak di pelihara Sunan Bonang itu ialah 1 . bahwa Allah itu Khaliq Yang Esa, mendiri sebagai pribadi bebas penuh dan kuasa asas tauhid. 2 bahwa manusia itu mempunyai ikhtiar asas tanggung jawab insani. 43 * ' > Primbon itu ditutup oleh Sunan Bonang dengan nasihat demikian "Hendaklah perjalanan lahir batinmu menurut jalan-jalan Syari’at, cinta dan meneladani Rasulullah Jelaslah Sunan Bonang itu tergolong didalam Ahli Sunnah wal Jama’ah. 9 BAB PERTAMA ISLAM MASUK KE JAWA BARAT Dimasa jatuhnya kerajaan Hindu Majapahit dan berdirinya kerajaan Islam Demak, pada ketika itu di Jawa Barat masih ber- diri suatu kerajaan Hindu bernama Pajajaran, dengan Pakuan se- bagai ibukotanya dekat Bogor sekarang. Banten pada ketika itu masih merupakan bagian dari kerajaan Pajajaran. Pej ajaran dan Bangsa Portugis. Raja Pejajaran berfikir hendak minta tolong kepada bangsa Portugis untuk melawan kaum Muslimin. Sebagai gantinya, maka bangsa Portugis boleh mengadakan perjanjian dagang yang menguntungkan mereka. Pada tahun 1522 M. terjadilah perjanjian antara bangsa Portugis dan Pejajaran. Akan tetapi orang-orang Portugis itu hanya berayal- ayalan saja, tidak segera memberikan pertolongan. Dan pada tahun 1527 kaum Muslimin mengalahkan Pajajaran dan mengusir orang-orang Portugis dari pantai. Akan tetapi Ibukota Pajajaran, Pakuan, masih belum jatuh ketangan Muslimin *. Seorang Portugis telah menulis tentang demikian itu, me- ngatakan bahwa pada tahun 1522 M. Jorge d’ Al-boquerque, gubernur Malaka, mengutus Henrique Leme dengan membawa berbagai hadiah seperlunya kepada raja Sunda,~Raja Sangiang, untuk mengadakan perhubungan dagang dengan dia. Sedatangnya di pelabuhan Sunda, Hemique Leme diterima baik oleh raja, yang berkepentingan untuk bersahabat dengan bangsa Portugis, yaitu untuk mendapat bantuan mereka melawan kaum Mus limin disamping urusan perdagangan. Pada tanggal 21 Austus 1522 M. diadakanlah suatu perjanjian tractaat raja Sunda memberikan kepada bangsa Portugis izin untuk mendirikan sebuah benteng; ia akan memberikan I P t kepada mereka muatan-muatan lada sekehendak mereka, sebagai ganti barang-barang yang diperlukan oleh negerinya ; selain itu sebagai tanda persahabatan, dari dimulai di dirikan benteng itu, ia harus mempersembahkan hadiah tiap-tiap berupa seribu karung lada, berjumlah 351 Centenaar. Pada fihak bumiputra ada saksi-saksi bagi kontrak itu Kepada saksi-saksi yang jumlahnya tiga orang paling terkemuka raja memerintahkan supaya menunjukkan Henrique Leme tempat untuk mendirikan benteng dan tugu peringatan buat memper- kuat perjanjian. Dengan suatu pesta besar dari pihak bangsa Portugis maupun bumiputera, maka batu peringatan itu didiri- kan pada muara belah kanan dari sungai, pada tempat yang ber- nama Kalapa maksudnya Sunda Kalapa = Jakarta sekarang. Selanjutnya ia berkata , mendirikan batu peringatan itu adalah suatu kebiasaan dari bangsa Portugis, segera setelah mereka meng- ambil tanah yang baru diketemukan. Bagi perjanjian itu ada dua salinan, satu untuk Sangiang, yang satu lagi untuk Leme. Kedua salinan itu masing-masing dibubuhi tanda tangan raja itu. Setelah segala sesuatunya selesai dan sudah pula bertukaran hadiah, kembalilah Leme ke Malaka. Segeralah Jorge d’ Albo- querque mengirim berita kepada raja Portugal tentang apa yang ia telah lakukan, untuk kepentingan Malaka, tanpa mohon izin dulu dari raja Portugal itu. Raja menerima baik akan yang demikian itu, dan ketika pada ta- hun 1524 rajamuda Conde Almirante ya’ni Vasco de Gama akan pergi ke India, ia memberinya perintah agar benteng tadi itu, segera didirikan dibawah pimpinan dari Francisco de Sa\ yang ikut berangkat bersama dia. Akan tetapi rajamuda itu me- ninggal sebelum menjalankan perintah dari raja itu, dan pengganti- nya, Henrique de Menezes, telah mengangkat Francisco de Sa’ menjadi penguasa di Goa. Ketika Lopo vaz de sampaio memegang pemeri ntah an pada permulaan tahun 1526 maka Francisco de Sa’ diberhentikannya dari jabatan itu untuk tugas lain. Ia menyuruhnya mempersiapkan suatu armada, terdiri dari dua galjoen, satu gale, satu galeota, satu earavella dan satu brigantijn. Dengan kapal-kapal inilah Francisco de Sa’ berangkat. Ditengah * perjalanan menggabunglah ia kepada Pero Mascarenhas dalam perangnya melawan Bintang ; dan kemudian setelah selesai ekspe- disi itu pada akhir 1526 pergilah ia langsung ke Sunda. Oleh suatu angin ribut terpisahlah brigantijn yang dipimpin oleh Duarte Coelho dari kapal-kapal lainnya dan terdampar di pelabuhan Ke- lapa maksudnya Sunda Kelapa, Awak kapal itu dimusnahkan oleh Muslimin yang sejak beberapa hari telah berkuasa setelah mereka mengambil kota itu dari raja kafir maksudnya raja Pajajaran, sahabat bangsa Portugis itu. Orang Muslim yang me- rebut kota itu adalah seorang dari asal rendah, namanya Fata- hillah - atau Falatehan - kelahiran Pasai di Sumatera. Ia tidak tahu siapa sebenarnya Falatehan itu!. Demikianlah menurut sumber Portugis itu *. Jiwa bagi penyebaran Islam di Jawa Barat itu ialah Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati yang oleh orang-orang Portugis disebut Falatehan itu. Ia adalah seorang bangsawan dari Pasai yang setelah ber- mukim sekian tahun ditanah suci Makkah, kembali ke Indonesia, lalu tinggal di Demak, dan disini kawin dengan seorang puteri, saudara Pangeran Trenggono Sultan Demak ke 3. Dengan se- mufakatnya Sultan Trenggono, pergilah Syarif Hidayatullah ke Jawa Barat mengusir orang-orang Portugis dan menyebarkan Islam. Dengan mudah dapatlah ia menginsyafkan raja angkatan vazalvorst Banten untuk memeluk agama Islam. Demikian ini memang tidak sukar, sebab di Jawa Baratpun, sebagaimana di lain-lain tempat, penduduknya sudah mulai merasa tidak puas dengan agama yang lama. Dengan mempergunakan beberapa ribu prajurit tentara Demak, dapatlah ia menguasai Banten dan mengalahkan Sunda Kalapa untuk kesultanan Demak. Peristiwa- peristiwa ini terjadi dalam waktu dari tahun 1521 hingga 1524. Tidak lama kemudian ± 1526 dapatlah ia merebut Cirebon dan Sumedang. Dan pada tahun 1530 Galuh pula seluruhnya me- meluk Islam. * Barros IV, dikutip oleh Prof. Dr. Husein Djajadiningrat dalam bukunya ” Critische beschouwing van-de Sadjarah Banten’*, cetakan stensil, halaman 75. — 12 Seluruh Jawa-Barat sekarang mengakui Pangeran Trenggono sebagai pemegang pucuk pemerintahan. Hanya tinggal ibukota Pakuan saja sendiri masih berdiri sebagai jantung dari kerajaan Hindu Pajajaran yang tua itu. Pada tahun 1546 Pakuan masih saja belum memeluk Agama Islam *> Pakuan yang merupakan benteng Hindu terakhir, baru pada tahun 1579 atau ,1580 jatuh ketangan kaum Muslimin, sebagaimana yang akan dituturkan nanti. Sunan Gunung Jati. Kitab-kitab sejarah meriwayatkan, bahwa Agama Islam dise- barkan di Jawa Barat oleh Syarif Hidayatullah, yang wafat dan dimakamkan di Gunung Jati Cirebon, dan karena itulah maka ia kemudian terkenal dengan nama Maulana Makhdum Sunan Gunung Jati **. Tiap-tiap orang yang suka membaca-baca kitab-kitab sejarah, tentu sering ia membaca bahwa Sunan Gunung Jati itu wafat tahun 1570; disebut Syarif Hidayatullah, Makhdum Gunung Jati, Sunan Gunung Jati, Falatehan atau Falatehan dan Tagaril dalam tulisan-tulisan orang Portugis; terhitung kesembilan wali Wali Songo; datang dari Pasai Sumatera Utara pernah menuntut ilmu di Makkah; beristerikan seorang saudara dari Sultan Trenggo- no Sultan Demak ketiga; dan bahwa Sultan-Sultan Banten adalah keturunannya. Demikian itu semua sudah sering kita baca dalam kitab-kitab sejarah Indonesia yang terbit dalam bahasa Belanda atau terjemah- annya atau sadurannya dalam bahasa Indonesia atau daerah. Mengenai silsilah nasabnya, maka semua kitab-kitab sejarah yang ditulis dalam bahasa-bahasa daerah telah seia sekata bahwa Sunan Gunung Jati itu adalah keturunan dari Rasulullah hanya *. Dr. Douwes Dekker, Vluchtig Overzicht van de Geschidenis van Indonesia, cetakan 1 935, halaman 71 — 72 . ,**, " Maulana ” gelar kehormatan bagi ulama dsb., arti asalnya tuan kita ; "makh- dum” artinya yang dikhidmati; "Syarif" artinya yang mulia, sedang "Sayyid” artinya tuan, tetapi dalam istilah sejarah kedua perkataan ini untuk gelar bagi orang laki-laki keturunan Rasulullah 13 diantara sekian banyaknya kitab-kitab daerah itu terdapat silsilah- silsilah yang bersimpang siur, menunjukkan ketidak asliannya. Adapun silsilah nasabnya yang asli termaktub dalam sejarah yang pada hemat kami, sah dan mu’tamad. Dalam naskah yang belum dicetak, susunan Almarhum Sayyid Ahmad bin Abdullah Assaggaf dalam bahasa Arab, ada satu bagian mengenai silsilah nasabnya Sunan Gunung Jati dari Pakem Banten, sebagai berikut Adapun silsilah nasabnya maksudnya nasab Maulana Hasanuddin, putera Sunan Gunung Jati adalah demikian Maulana Hasanuddin di Banten adalah putera Syarif Hida- yatullah di Cirebon, bin raja ’Umdatuddin di Campa bin ’Ali Nur’alam, bin Maulana Jamaluddin Al-Akbar al-Husain di Bugis, bin Sayyid Ahmad Syah Jalai di Hindustan, bin Amir Abdulmuluk di Hindustan, bin Sayyid ’Alwi di Tarim Hadramaut, bin Sayyid Muhammad Sahib Mirbat, bin Sayyid ’Ali Khali’ G asam di Tarim Hadramaut, bin Sayyid ’Ali di Bait Jubair Hadramaut, bin Sayyid Muhammad di Bait Jubair Hadramaut, bin Sayyid Muhammad di Bait Jubair Hadramaut, bin Sayyid ’Alwi di Samai Hadramaut, bin ’Abdullah di Al-arti-bur Hadramaut, bin Imam Ahmad Al-Mu- hajir di Hadramaut bin Imam Tsa Naqib di Basrah, bin Imam Muhammad Naqib di Basrah, bin Imam ’Ali Al-uraidi di Madinah, bin Ja’far As-sadiq, bin Imam Muhammad Al-Baqir, bin Sayyidina Ali Zainal Abidin, bin Sayyidina Husain bin ’Ali bin Abi Tolib, bin Sayyidatina Fatimah, binti Sayyidina Muhammad Rasulullah Demikianlah silsilah nasab Sunan Gunung Jati dari naskah tersebut itu, yang oleh penyusunnya telah dibandingkan dengan sejarah-sejarah nasab yang terdapat di Palembang pada keturunan Sultan-Sultan Palembang, dengan sejarah nasab pada R. Safwan dari keturunan Sunan Gunung Jati, dengan sejarah nasab dari Banyuwangi dan lain-lainnya. Semuanya cocok dengan yang tersebut tadi itu. Meskipun begitu, namun terdapat juga beberapa perubahan dalam beberapa perkata- an dan salahnya penurun, dan ada pula yang gugur. 1 i 14 Misalnya Umdatuddin adalah sebetulnya gelar, sedang namanya ’Abdullah; nama ”Abdulmuluk” benarnya ”Abdulmalik”, ”Sahib Mirbat Hadramaut” benarnya ”Sahib Mirbat Zafar” yaitu Zafar lama di pesisir Arab Selatan, bukan Hadramaut, pedalaman; ’Abdullah bin Ahmad bin Isa disebut orang pula ’UbaidiUah; perkataan ”Naqib” benarnya An-Naqib;dsb. *. Kemudian, menurut penulis-penulis sejarah di Jawa seperti Haji ’Ali Khairuddin, Kiyahi Muhammad Arsyad, Haji As’ad dari ulama Banten, Kiyahi ’Abduljabbar Bungu, Mas Rubangi dan lain-lainnya mengatakan, bahwa orang yang pertama datang dari India dari leluhur Sunan Gunung Jati ialah Maulana Jamaluddin Al- Akbar Al-Husain, dan bahwa mereka itu disebut Al— ’Azamat Khan, dan bahwa diantara mereka ada yang datang melalui Kamboja. Demikian kata mereka, Keluarga Al-’Azamat Khan itu memang benar keturunan dari Imam ’Abdulmalik Amir Abdulmalik yang wafat di India itu dan terkenal dalam sejarah- sejarah nasab Sayyid-Sayyid ’Alawiyyin'. Mereka disebut pula oleh Habib 'Abdurrahman Al-Masyhur dalam kitab-kitab ”Asy— Syajarah” dan ”Syamsuz— zahirah”. Demikian pula mereka disebut oleh Van den Berg dalam bukunya ”Le Hadramaut et les colonies Arabes dans .’archipel Indien” cetakan Batavia 1886, halaman 53. Jadi, keturunan Maulana Jamaluddin Al-Akbar Al— Husain itu merekalah yang menyebarkan Agama Islam di Jawa dan se- kitarnya pada abad kelimabelas Masehi. Diantara mereka itu ialah Sunan Gunung Jati, Sunan Ampel, Sunan Giri dsb. Dengan demikian tahulah kita, bahwa nasab Sunan Gunung Jati itu bertemu dengan nasabnya pendiri Kerajaan Fatimiyah di Afrika Utara 910 — 1171 M. yang menguasai Mesir, kemudian Makkah, Madinah dan Damsik Damaskus. Nasab mereka bertemu pada Imam Muhammad Al-baqir. Apabila kita periksa silsilah nasab yang dimuat oleh Dr. Nageeb Saleeby dalam bukunya 7. Studies in Moro History”, V. lihat tarikh Banten susunan almarhum S. Ahmad bin ’Abdullah Assaeeaf tulison mesin tik Arab, tahun 1365 Hijrah, halaman 10. m ternyatalah bahwa sultan-sultan Islam di Filipina masih seleluhur pula dengan Sunan Gunung Jati. Menurut Tarikh Islam Umum, jelaslah Sunan Gunung Jati seleluhur pula dengan 1. Raja-raja Imam-Imam Yaman, yang kerajaannya sudah tiada lagi sekarang; Idris bin Abdullah bin Al-Hasan Al-Musanna, yang men- dirikan Kerajaan Idrisiyah di Afrika Utara Magribi, ber- langsung dari tahun 172 hingga 374 Hijrah; Hasan bin Zaid yang mendirikan kerajaan di Tabaristan 250 — 316 H. dan meng-Islamkan bangsa Dailam; dan lain-lainnya. 2 . 3 Dalam kitab ” ’Uqudul-almas” karangan Sayyid ’Alwi bin Tohir Al-Haddad, mufti Johor, ada disebutnya tokoh-tokoh Islam senasab pula dengan Sunan Gunung Jati. Bertemu nasab mereka pada Imam ’lsa An-Naqib. Mereka terpencar di Afrika Timur, Afrika Selatan, Madagaskar dan Antilla gugusan pulau antara Amerika Utara dan Amerika Selatan. Diantara mereka itu ada yang mendirikan kesultanan-kesultanan di Afrika. L ' Apabila kita melihat silsilah nasab Sunan Gunung Jati, nam- paklah gar is hijrah leluhurnya itu sebagai demikian Makkah — Madinah — Basrah — Hadramaut — India — Indochina — Indonesia dan sekitarnya. Perhatikan Kaum Muslimin India dan Pakistan adalah ber- mazhab Hanafi, akan tetapi leluhur Sunan Gunung Jati adalah bermazhab Syafi’i. Rupanya itulah sebabnya maka para tokoh Islam termasuk wali songo adalah Ahli Sunnah wal Jama’ah yang bermazhab Syafi’i, hingga kini mazhab Syafi’i masih mazhab kaum Muslimin Indonesia, Malaysia dan sekitarnya. Ahmad Bin ’lsa Al— Muhajir. Sebagaimana telah dikatakan, Sunan Gunung Jati itu adalah keturunan dari Rasulullah saw. Untuk jelasnya kita ulangi dengan 16 singkat Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati itu ialah bin ’Umdatuddin ’Abdullah, bin ’Ali Nur’alam, bin Jamaluddin Al— Akbar, bin Ahmad Syah Jalai, bin Abdullah bin ’Abdulmalik, bin ’Alawi, bin Muhammad, bin ’Ali, bin ’Alawi, bin Muhammad, bin ’Alawi, bin Abdullah, bin Ahmad Al-Muhajir, bin ’lsa, bin Muhammad An-Naqib, bin ’Ali Al-Uraidi, bin Ja’far As-Sadiq, bin Muhammad Al- . Riwayat ini saya ambil dari naskah yang belum dicetak, bernama '"Almuhajir Ahmad bin ’lsa’’, susunan Sayyid Muhammad Dhia Syahab A. b. N. ' **. dalam bukunya "Studies in Moro History, law and Religion" = bahasan-bahasan dalam sejarah Muslimin Filipina, syari’at dan agamanya. ***. Dikutip oleh Sayyid ’Alawi bin Tohir al-Haddod dalam kitabnya "Sejarah per- kembangan Islam di Timur Jauh", cetakan 195 7, hal 49. *** Sayyid ’Alawibin Tohir al-Haddad, "Uqud al-almas", halaman 73. t- 1 20 f Maulana Malik Ibrahim. Silsilah nasabnya Maulana Malik Ibrahim bin Barokat Zainul ’Alam bin Jamaluddin al-Husain = Jamaluddin al— akbar bin Ahmad Syah Jalai bin ’Abdullah bin ’A&dulmalik bin ’Alawi bin Muhammad bin ’Ali bin ’Alawi bin Muhammad bto ’Alawi bin ’Abdullah bin Abnuhajir Ahmad bin ’lsa . siisa . Solikin Salam, "Sekitar Wall Songo" terbitan "Menara Kudu*",, halaman 31; tUallahnya diambil dari tiaron Pengurai Makam Maulana MaUk Ibrahim Gretik, 25 Oktober '56. Mukaddlmah dari karangan ini, Patdl WaUSongo. tjini dari " 'Uqud al - atma»" "Riwayat Maulana Malik Ibrahim dan lain- tadinya. abad ke 17, madrasah yang dipimpin oleh turunan wali ini, yang semuanya juga disebut Giri, biarpun tidak dianggap sebagai wali lagi, banyak dikunjungi oleh anak pembesar pembesar dari Malu- ku. Surat dari ”Raja Bukit” ini di Hitu disambut dengan musik dan tembakan penghormatan, lalu dibacakan di Mesjid dengan khidmat. Selain dari itu, turunan wali ini, yang semuanya dianggap seakan-akan ”raja pendeta”, kekuasaannya dalam lapangan politik penting sekali. Suaranya dalam penobatan raja-raja sangat besar pengaruhnya di Jawa dan sekitarnya. Jadi mereka hampir menjadi pembuat-raja * . Ayah Sunan Giri, yaitu Makhdum Ishak yang terkenal pula dengan sebutan ” ’uluwwul-Islam” = ketinggian Islam adalah seorang tokoh besar pula dalam sejarah Islam. Ia boleh dikata menghabiskan umurnya dalam mengajak kepada hidayat Ilahi, dan memiliki sebuah kapal untuk belajar dari pulau ke pulau / mengajak kepada Islam. Ia adalah guru besar bagi penuntut-penuntut ilmu di Pasei dan Malaka. Ia itu juga yang mengirimkan pengajak-pengajak kepada Islam diberbagai tempat setelah mereka menamatkan belajar dan latihan padanya. Ia juga yang mengatur pengiriman mereka dan menentukan tempat yang harus mereka masing-masing datan gi untuk da’wah Islam. Hidupnya amat sederhana, tetapi ilmunya luas. Ia datang di Jawa pada sekitar permulaan abad kedelapan Hijrah, dan tinggal beberapa waktu pada Sunan Ampel ** . Dalam kitab-kitab sejarah Jawa, ayah Sunan Giri ini terkenal sebagai ”Maulana Ishak dari Blambangan” oleh karena pernah ditugaskan oleh Sunan Ampel untuk menyebarkan Agama Islam di daerah Blambangan di Jawa Timur ***. Sunan Giri wafat pada tahun 1035 Hijrah, menurut catatan sil- silah Alhaddad. t j lihat Supamo, Sejarah Indonesia I, hal 19 * t lihat " ’uaudal — almas", halaman 112. — *** lihat Solikhin Salam, "Sekitar Wali Songo" halaman 39. 23 Maulana Hasyim Sunan Drajat,putera Sunan Ampel, karena itu masih turunan dari Almuhajir 'Ahmad bin ’lsa. Nama asalnya Syarifuddin Hasyim. Iapun terhitung salah seorang Wali Songo, terkenal dengan sebutan Sunan Drajat di Sedayu. Beliaupun ikut pula mendirikan kerajaan Islam di Demak dan menjadi penyokong- nya yang setia. Daerah operasinya di antaranya ialah Jawa Timur. Beliau adalah seorang waliyullah yang suka menolong keseng- saraan umum, seperti membela anak-anak yatim, orang-orang sakit, fakir miskin dsb. * . Sunan Drajat wafat di dekat Sedayu pada th. 995 Hijrah, yaitu menurut catatan dalam silsilah tsb. B a b u 1 1 o h, Sunan Ternate, putera dari Abdulloh bin ’Ali Nurul ’alam bin Jamaluddin al— Husain. Babullah ini adalah saudara Sunan Gunung Jati, jadi masih turunan dari Almuhajir Ahmad bin ’lsa. Ja’far Sodiq, terkenal dengan sebutan Sunan Kudus, dan terhitung pula seorang dari Wali Sanga, wafat di Kudus pada tahun 1012 Hijrah. Silsilahnya begini Ja’far Sodiq — Sunan Ampel — Zainal Akbar Maulana Ibrahim = Ibrahim Asmoro, Sunan Nggesik, Tuban dan selanjutnya. Jadi Maulana Ja’far Sodiq ini adalah saudara Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Semuanya masih turunan Imam Almuhajir Ahmad** Maulana Ahmad Husamuddin Sunan Lamongan. Wafat tahun 1014 Hijrah. Beliau ini masih keturunan Almuhajir pula, sebab ayahnya tak lain ialah Sunan Ampel Raden Rahmatul- lah yang lahir di Campa, Kamboja, dan wafat di Surabaya pada tahun 940 Hijrah. Jadi Ahmad Husamuddin ini adalah saudara dari Sunan Bonang juga *** . '*. lihat Solihin Salam, "Sekitar Wali Songo”, hal 46; silsilahnya dari sumber- sumber tsb. tadi; nama "Hasyim" dari silsilah yang diterbitkan oleh Pengurus Makam Maulana Malik Ibrahim — Gresik, 25 Oktober 1 956. — **. Dari Naskah tulis-tangan yang ditulis khusus untuk saya, oleh Sayyid ’Aluti bin Abdullah Assaggof dari suatu naskah tulis tangan pula oleh Sayyid 'Ali bin Tohir Alhaddad Mufti kesultanan Johor, Malaysia. ***. Dari sumber tsb. 24 Maulana ZamaP-Abidin Sunan Demak, memegang jabatan Qodli pada zaman Sultan Raden Patah Sultan Demak yang pertama Sunan Demak ini adalah putera Sunan Ampel pula. Maulana AbduljaUl Raden Asmoro, juga putera dari Sunan Ampel. Beliau wafat di Jepara th. 1022 Hijrah. Jadi Maulana-Maulana Sunan Lamongan, Sunan Demak, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus dan Abduljalil Raden Asmoro itu semuanya bersau- dara semuanya putera Sunan Ampel, turunan Imam Ahmad Almuhajir *. Maulana Abdlmuzaffar Ahmad. wafat di Siam Thailand sekarang Ada daripadanya beberapa putera merupakan tokoh-tokoh Islam, yaitu . , 1 . Raja Syamsuddin Ismail Syah yang berperang melawan orang Portugis di Rangoon pada tahun 998 Hijrah. 2 ' Raja Fathul ’Arifin ’Abdulmaula, dengan gelaran Solihuddin, wafat di Siam pada th. 999 H. 3 . Maulana Raden Syarif Jadid, dengan gelaran Almutasim- billah, wafat dalam peperangan di Tiongkok pada tahun 989 Hijrah. , , , , , ' 4 Maulana Raden Basri, gelaran Najmuddin, wafat dalam ke- celakaan kapal dekat pulau Sulu Filipina. 5 Raden Damari Isa, gelaran Qutubuddm, wafat di kota Kanton, di Tiongkok. , 6 . Raden Sayyid Taufiquddin ’Alwi Keduig wafat d. 7 Pangeran Raja Badruddin Muhammad Ah, wafat di Siam pada tahun 993 Hijrah. , 8 Pangeran Raja Samiruddin ’Alwi Al- Akbar, wafat di Annam pada tahun 1001 Hijrah. , . . 9 Pangeran Nasruddin Yunus, wafat di Sumatera pada tahun 995 Hijrah. Adapun silsilah Maulana Abulmuzaffar Ahmad, ayah dan tokoh-tokoh Islam tsb. itu adalah begini Abulmuzaffar Ahmat *, Dari sumber tsb. Raja ’Umdatuddin Abdullah - Nurul ’alam Ali - Jamaluddin Akbar dan selanjutnya hingga Imam Almuhajir. Jadi beliau itu adalah saudara bagi Maulana Hidayatullah Sunan Gunung Jati dan Sultan Babullah di Temate, ya’ni masih termasuk keluarga Azamat Khan * . Jamaluddin Agung Al — Akbar Maulana Al — Husain yang perta- ma menetap di Indonesia dari keturunan Imam Ahmad Almuhajir, wafat di tanah Bugis. Dilahirkan di tanah Kamboja. Adapun ayahnya, yaitu Maulana Ahmad Syah, adalah datang dari India, dilahirkan di Nasrabad, dari keluarga Arab, keturunan Ra- sulullah bermukim di India. Sayyid Jamaluddin datang di Indonesia dengan keluarga dan sanak kerabatnya dan cucu-cucu- nya laki-laki dan perempuan. Puteranya yang bernama Sayyid Ibrahim Zainul— Akbar, ditinggalkannya di Aceh untuk menye- barkan ilmu-ilmu Islam, kemudian datang di Surabaya, akhirnya ia terkenal dengan nama Ibrahim Asmoro = Ibrahim al— Asmar darj iebutan Sunan Nggesik Tubari. Adapun Sayyid Jamaluddjh yang sedang kita perhatikan riwayatnya itu adalah dikenal .pula dengan nama Jumadul- Akbar. Mula-mula pernah juga beliau tinggal di Majapahit, lalu pergi ke tanah Bugis di mana ia ljerjoang menyebarkan Islam dengan damai dan berhasil baik, bermukim di sana, hingga wafatnya, yaitu di Tuwajuk menurut sumber dari Gresik Wajuk — Makassar. Setelah wafatnya berkobarlah peperangan di tanah Jawa dan berakhir dengan jatuhnya singgasana Majapahit. Kemudian tersiar- lah islam di tanah Jawa. Anak-anak dan cucu-cucu Sayyid Jama- ,'iuddin itu tersebar di Indonesia dan sekitarnya, sehingga banyak- lah dari naereka itu berbagai tempat terserak-serak kian berjauh- .v jauhan. Banyak pula dari mereka itu yang kembali 1 ke Kamboja dan Siam. Di tanah Jawa tinggal tujuhbelas orang, tetapi kemudian ditambah dengan sejumlah keluarga mereka dari Tiongkok dsb. S. A h. Tohir Al-Haddad, naskah tsb.. / Untuk jelasnya lihatlah silsilah ini ! *. Dari tumber tsb. Silsilahnya demikian H. A. Dahlan dimasa kecilnya bemama Muhammad Darwis bin Kyahi Haji Abubakar, bin Kyahi H. Muhammad Sulaiman, bin Kyahi Murtadk, bin Kyahi Ilyas, bin Demang Jurang Juru Kapindo, bin Demang Jurang Juru Sapi- san, bin Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig Jatinom, bin Maula- na Muhammad Fadhtlloh Prapen, bin Maulana ’Ainul Yaqrn, bin Maulana !shaq, bin Maulana Malik Ibrahim Waliyuolloh^lihat Sohkhin Salam, ” Ahmad Dahlan, cita-cita dan Perjuangan- nya”, cetakan 1962 Depot Pengajaran Muhammadiyah, hala- man 5. . Dalam naskah tuhs-tangan S. Alwi bin Tohir Alhaddad, maka Sunan Prapen adalah silsilahnya begini Suhan Prapen yang wafat di Giri pada tahun 1101 Hijrah adalah putera dari Sunan Ali Kusumowiro, bin Maulana Muhammad ’Ainul— Yaqin, bin Maulana Ishaq, bin Maulana Ibrahim Ibrahim Asmoro, ayah Sunan Ampel, Surabaya, bin Jamaluddin Agung Al— Akbar. Baik Maulana Ibrohim maupun Maulana Ibrahim Asmoro, daTah kedua-duanya masih keturunan Imam Ahmad Almuhajir melalui Jamaluddin Agung Al— Husain lihat silsilahnya tadi itu, \J ! . Jadi KJi. Ahmad Dahlan itu adalah turunan Rasulullah melalui Almuhajir Ahmad bin ’lsa, berarti seketurunan dengan Sunan Gunung Jati. Kyahi Khalil, salah seorang ulama besar Indonesia, di Bangkalan Madura. * Menurut naskah tulis -tangan tsb. itu, beliau pun adalah turunan Maulana Muhammad ’Ainul— Yaqin pula, seperti demikian pula Sultan-Sultan Palembang, beberapa keluarga bangsawan Jawa Yogya, Sok dsb Jadi Kyahi Khalil Bangkalan Madura itu masih keturunan dari Almuhajir Ahmad bin ’lsa juga adanya. Raden Haji Muhammad Tohir, yang oleh anak cucunya dipanggil dengan sebutan, Uyut Kampung Baru Bogor; wafat pada tahun 1849 Masehi; seorang Ulama ahli taqwa dan ibadah. Adapun silsilah/nasabnya begini R. Aria Wiratanudatar I Dalem Cikun€ul mempunyai putra-putri sebanyak 15 orang terdiri dari 28 R Suriakencana, Nyi. R. Endang kencana, Nyi R. Rarancang kencana, R. Badagalbidigil Ariawirasajagat, R. Ana Wiratanu- datar II, R. Aria Natamanggala, R. Aria Wiramanggala Nyi R. Karanggan, R. Aria Surawangsa, R. Aria Tirtayuda, Nyi . a un- tar, R Aria Martayuda, Nyi R. Bogem, Nyi. R. Jenggot, Nyi 'D . Adapun R. Aria Wiratanudatar II Dalem Tarikolot mempunyai putra-putri sebanyak 7 orang, terdiri dari R. Aria Astramanggala Wiratanudatar III Dalem Dicondre, R, Tmg. Wiradinata Dale Kampung Baru Sukaraja}, R. Sutamanggala, R. Sutadmata, R. Suramanggala, Nyi R. Purbanagara, dan Nyi R. Paseliran. R Tmg WIRADINATA Dalem Kampung Baru Sukaraja mempunyai putra-putri sebanyak 3 omng terdiri dari 1. R. Tmg. Wiradireja Dalem SUKARAJA 2. R. Tmg. anji, R^Tmg^Wkadireja mempunyai putra-putri sebanyak 14 orang, terdiri dari R. Abdul, R. Brajamanggala, R. Tanjung Anom, Nyi R Satmakara, Nyi, R. Entang, R. Wiramanggala Nyi R B^nggang, Nyi R. Aleja, R. Haji Muhammad TOHIR alias Uyut Spung Bau, R- Dja’far, R. Komar, Nyi R. Demas, Nyi R. Pprmas. R». Huscin. Adapun Muhammad Tohir alias Uyut Kampung Baru mem- punyai putra-putri sebanyak 21 orang dari tiga istri, dan istri kel 10 orang putra-putri, dari istri ke 2, 8 orang putra-putn dan dan istei kTs, 3 orang putra-putri. TOHIR alias Uyut Kampung Baru itu keturunan BANGSAWAN PAJAJARAN seorang cucunya yang bernama R. SURIAWINATA terkenal dengan sebutan DALEM ’ beliau seorang Bupati ahli Wirid SHOLAWAT, menjadi Bupati di Bogor, wafat th. 1879. Adapun Raden Wiramanggala, ayah Muh Tohir itu, adalah dari jihat ayahnya - keturunan Pangeran Ana Wangsa CoDarana seorang bangsawan Pajajaran yang menmggalkan ke- SS^’yaTS tinggf karena memeluk agama Islam. Pangeran S! w menurunkan keluarga Aria Wiratanudatar Dalam Cikundul * . *. Dari kedua sumber tsb. Raden Haji Ma’mun. seorang ulama Sufi besar di Cianjur, terkenal dengan sebutan Guru Waas. Silsilahnya Ma’mun, bin Husain, bin R. Wiramanggala, selanjutnya seperti silsilahnya Raden Haji Muhammad Tohir * . Raden Haji Muhammad Nuh. lahir di Cianjur pada tahun 1296 Hijrah = 1879 Masehi, hidup sebagai seorang ulama yang tertua sekali usianya di seluruh Cianjur; anggota Dewan Konstituante RI. diantara murid-muridnya ialah Ajengan Haji Abdurahman juga anggota Konstituante, wafat di Purwakarta beliau ini H. Abdurahman adalah seorang Tionghoa yang mula-mula me- meluk agama Kristen lalu mengaji dan memeluk Islam pada Muh. Nuh. Silsilah Muh. Nuh — Idris — R. Samrah — R, Idah — Wiramanggala, selanjutnya seperti silsilah Muh. Tohir. Jadi beliau inipun adalah keturunan Almuhajir Ahmad bin ’lsa melalui Sunan Gunung Jati, dan dari jihat lain keturunan dari Aria Wangsa Goparana, ayah Dalem Cikundul **". Kyahi Haji M uhamma d Dahlan, seorang tokoh besar dari Partai Nahdlatul Ulama menurut riwayat dari Syayyid Muhammad Dlia Syahab, beliau adalah dari turunan Sayid Sulaiman Ba Syaiban yang dimakamkan di Mojoagung dari yang oleh Amir Syakib Arsalan, dalam kitabnya ”Ta’liqat ’ala Hadliril alamil- Islami” disebut sebagai salah satu tokoh Islam yang menyebarkan hidayat Islamiy ah di Tanah Jawa. Sayyid Sulaiman Ba Syaiban tsb. itu adalah putra dari Sayyid Tajuddin 'Abdurrahman bin ’Umar bin Muham m ad bin Abubakar Ba Syaiban dari Hadramaut. Beliau ’Abdurrahman kawin dengan Ratu Ayu Puteri Khadijah binti Maulan Hidayatullah Sunan Gunung Jati *** . Adapn keluarga Ba Syaiban itu masih pula keturunan Imam Almuhajir Ahmad bin ’lsa. Jadi Muhammad Dahlan itu adalah keturunan Rosulullah s .a. w. melalui Imam Almuhajir tsb. itu. *. Dari sumber-sumber tsb. **, Dari sumber-sumber sejarah Cianjur, tulis tangan huruf Arab— Sunda oleh . AbduUah bin Muhyiddin dll, ***. Sejarah naskah tulis-tangan dari Tohir Alhaddad; dan kitab ,r Il f at nazar as-saUk ” tulis tangan karangan. S. Zain b. Abdullah Alkaf, halaman 253. 30 P Raden Hasan Danuningrat, seorang bangsawan Jawa yang juga keturunan keluarga Ba Syaiban tsb. itu. Beliau ini tak lain ialah ayah dari Abdulmuttolib Menteri Perhubungan Laut dan Prof. Dr. Said, Guru Besar Fakultas Kedokteran Univer- sitas Indonesia Jakarta. Demikian itu menurut riwayat dari Sayyid Muhammad Dlia Sya- hab yang menyampaikannya kepada kami. Jadi beliau itupun keturunan Rosulullah melalui Imam Almuhajir Ahmad bin ’lsa. Sayyid Abdurrahman bin Husain Algadri, pendiri Kesultanan Pontianak dan leluhur dari Sultan-sultan daerah tsb. Silsilahnya Abdurrahman bin Husain bin Ahmad bin Husain bin Muhammad Algadri bin Salim bin, ’Abdullah bin Muhammad bin S alim bin Ahmad bin Abdurrahman bin ’Ali bin Muhammad Jamalulleil bin Muhammad Asadullah bin Hassan Atturobi bin ’Ali bin Al— Faqih— al— mugaddam Muhammad bin ’Ali bin Muhammad Sohib Mirbat bin ’Ali Khali’ Gasam bin ’Alwi bin Muhammad bin ’Alwi bin ’Abdullah bin Ahmad Almuhajir * . Beliau S. Abdurrahman bin Husain Algadri lahir pada hari Senin tanggal 15 Robiul— awal tahun 1104 Hijrah di Matan, Ka- limantan. Ayahnya, yaitu Sayyid Husain Algadri, lahir di kota Tarim Ha- dramaut. Dalam usia 18 tahun, Sayyid Husain Algadri pergi ke Malabar, India, di mana ia melanjutkan pelajarannya sehingga mahirlah ia dalam ilmu-ilmu agama. Di sanalah ia tinggal selama empat tahun, dalam tempo mana ia dapat membaca berbagai macam kitab. Kemudian datanglah ia di Indonesia. Ia pernah tinggal di Jakarta kira-kira tujuh bulan, lalu melanjutkan perjalanannya ke Semarang di mana ia tinggal selama dua tahun. Dari sana ia pergi ke Ka- limantan, tinggal di Matan dan bemikah dengan puteri Sultan, lalu melahirkan puteranya, yaitu Sayyid 'Abdurrahman pendiri kesultanan Pontianak. Sultan 'Abdurrahman ini wafat paada tahun H 'Tlfat nazar at-taWt " halaman 254; dan notkah Alhaddad. 31 1231 Hijrah. Hingga kini ketika naskah sumber ini ditulis Kesul- tanan Pontianak masih ditangan keturunannya * . Sayyid ’Usman bin Abdurrahman, leluhur dari Sultan-Sultan Siak. Di sana beliau terkenal sebagai ’Usman 'Abdurrahman bin Syihab; sebenarnya silsilahnya begini ’Usman bin ’ Abdurrahman bin Sa’id bin ’AIi bin Hasan bin ’Umar bin Hasan bin ’Ali bin Abu- bakar as-Sakran **. Sayyid Husain bin Abubakar Al— ’Aidarus, yang di Luar Batang Jakarta. Wali Luar Batang yang terkenal ini adalah dari keluarga Al— ’Aidarus yang terkenal, disebut oleh Van den Berg dalam bukunya ”Le Hadramaut et les colonies Arabes dans l’archipel Indien” cetakan tahun 1886, halaman 51. Silsilah mereka sampai kepada Rosulullah melalui Imam Ahmad Almuhajir. Habib Karamat Bogor, namanya Sayyid ’Abdullah bin Muhsin Al— ’A£fc$s, dimakamkan di Empang Bogor Jawa Barat. Keluarga Al— ’Attas hingga kini masih banyak terdapat di Indonesia, Hadra- maut, Hijaz, dsb., terkenal sebagai salah satu keluarga lama ketu- runan dari Imam Almuhajir Ahmad bin ’lsa ***. Sultan-Sultan Palembang. Mereka adalah keturunan dari Imam Ahmad Almuhajir pula. Menurut S. Alwi bin Tohir Al— Haddad Mufti Kerajaan Johor, Malaysia silsilah mereka di dapat di Palembang oleh S. Ali bin Ja’far Assagaf, yaitu silsilah menerangkan keturunan bangsawan Palembang. , Pada mulanya Dr. Gobbe dari kantor Van Inlansche Zaken mendesak akan mengambilnya, tetapi ia S. Ali bin Ja’far Assaggah memungkir dan mengatakan bahwa silsilah ini tidak ada. Dalam silsilah ini tercatat sebagai berikut "Ilfat nazar as-salik *\ halaman 254 256. **K Sumber tsb. halaman 258. ***. lihat Van den Berg, *%e Hadramaut et les colonies arabes dans t arcnipel Indteri*\ halaman 51. ~ ”Ini fasal sejarah Tuan Fakih Jalaluddin yang bermakam di Talang Sura pada tahun 1161 Hijrah dan pada 20 hari bulan Jumadilawal hari Selasa pukul sembilan. Maka pada waktu hayatnya Tuan Fakih Jalaluddin tinggal di dalam kota, istana Kerajaan Sultan, Muhammad Mansur, mengajar ilmu Usuluddin dan Al — Qur’an dan barang apa-apa juga ini tiada dibikin panjang yang punya”. — Tercatat dalam silsilah ini nama Sayyid Jamaluddin Agung bin Ahmad bin Abdullah bin ’Alwi bin Muhammad seterusnya sampai Sayyidina Husain bin Fatimah binti Rosulullah Silsilah yang dari Banyuwangi, Jawa Timur, juga sama dengan yang terdapat di Palembang * . Sultan-Sultan Banten dan Cirebon, terkenal bahwa mereka adalah keturunan Sunan Gunung Jati. Menurut Sejarah Sumedang, maka para bupati di sana itu tak lain daripada keturunan beliau pula. Jadi mereka itu semua adalah keturunan dari Imam Almuhajir Ahmad bin ’lsa. — — 0O0 — *. S. A. b. T. Alhaddad, Sejarah Perkembangan Islam di Timur Jauh , halaman 48. Tempat-tempat dimakamkannya Tokoh-tokoh Islam Ketur unan RosuluUah melalui Almuhajir Ahmad bin ’lsa Di Indonesia dan di Luar Negeri * . 1. ’Abdulmalik bin ’Alawi bin Muhammad, dimakamkan di India. 2. ’Abdullah Khan Shah bin Abdulmalik bin ’Alawi, dimakam- kan di India. 3. Ahmad bin ’Abdullah bin ’Abdulmalik, dimaka m kan di India. 4. Jalaluddin Al— Husain bin Ahmad Jalai, dimakamkan di Makasflar. 5. Zainuddin Al— Akbar Ibrohim bin Jamaluddin Al— Husain yang disebut Ibrahom Asmoro, Sunan Nggesik, makamnya di Nggesik Tuban, Jawa Timur. 6. Ahmad Rahmatullah Sunan Ampel bin Ibrohim bin Jama- luddin Al— Husain, wafat dan dimakamkan di Surabaya. 7. Ibrohim Sunan Bonang, putera Imam Rahmatulloh Sunan Amuri, makamnya di Tuban. 8. Hasyim Sunan Drajat, putera Sunan Ampel, dimakamkan di Drajat, suatu tempat di Tuban. 9. Ahmad Husam Sunan Lamongan bin Ahmad Rahmatulloh Sunan Ampel, makamnya di Lamongan. 10. Zainul— ’Abidin Sunan Demak bin Imam Ahmad Rahmatul- loh Sunan Ampel, dimakamkan di Demak. 11. Ja’far As— Sodiq Sunan Kudus bin Imam Ahmad Romatulloh Sunan Ampel atau cucunya, dimakamkan di Kudus. 12. Maulana Imam Ishaq Makhdum bin Ibrohim Zainuddin Al— Akbar bin Jamaluddin Al— Husain, mungkin dimakamkan di Pasei. 13. Imam Muhammad ’Ainulyaqin Sunan Giri bin Ishaq bin Ibrohim, dimakamkan di Gresik. 14. Zainul ’Alam Barokat bin Jamaluddin Al— Husain, mungkin dimakamkan di Kamboja atau di Cermin. *. S- Zain bin 'Abdullah Al-Kaf dalam kitabnya "Ilfat nazar as-salik ” naskah tulis- tangan halaman 272 — 273; naskah tulis-tangan dari Cianjur; dan tarikh Banten oleh S. Ahmad Assaggaf. 34 15. Maulana Malik Ibrohim bin Zainul ’Alam Barokat, makamnya di Gresik. 16. Maulan a ’Ali Nurul ’Alam bin Jamaluddin Al Husain, dima- kamkan di negeri Annam. 17. Sultan ’Abdullah bin ’Ali Nurul ’Alam, wafat di Kamboja dan ’* dimakamkan di Campa. 18. Maulana Makhdum Hidayatulloh Sunan Gunung Jati bin ’Abdulloh bin ’Ali Nurul — ’Alam, dimakamkan di Gunung Jati Cirebon, Jawa— Barat. 19. Maulana Hasanuddin bin Hidayatulloh, makamnya di Banten. 20. Maulana Yusuf bin Hasanuddin, makamnya di Serang. 21. Maulana Mansur Karamat Cikadueun, makamnya di Cika- duen, Banten. 22. Sultan Abul-Fath ’Abdul Fattah Sultan Agung Tirtayasa, dimakamkan di Banten. 23. Sultan Babbulloh bin ’Ali Nurul — ’Alam, saudaranya Sunan Gunung Jati Cirebon, dimakamkan di Temate. 24. ’Ali Murtadlo bin Ibrohim bin Zainuddin Al Akbar bin Jamaluddin Al— Husain, saudaranya Sunan Ampel, dimakam- kan di Bedilan, Gresik Jawa Timur. 25. Tajuddin 'Abdurrahman ba Syaiban, mantu dari Sunan Gu- nung Jati, dimakamkan di Cirebon. Beliau meninggalkan keturunan di Magelang, Pekalongan, Pasuruan dll. 26. Pangeran Sulaiman bin Tajuddin 'Abdurrahman dimakamkan di Mojoagung. 27. Habibulloh ’Umar, ’lmaduddin yang disebut Pangeran Jaya- kelana, wafat tahun 1059 Hijrah, dimakamkan di suatu tem- pat dekat Kota Cirebon *. Beliau ini adalah putera Sunan Gunung Jati. 28. ’Umdatuddin Husain yang disebut Pengeran Pasarehan, dima- kamkan di dekat makam ayahnya Maulana Hidayatullah di Gunung Jati, Cirebon **. — oOo — *. Naskah tulis-tangan S. A. b. Tohir A t—Haddad. **. Naskah tulis-tangan Tohir Al—Haddad. — 35 KESULTANAN BANTEN Pendahuluan . Dari Sejarah Tslam di Indonesia, terdapat dua bagian yang amat , penting Sejarah Kesultanan Aceh dan Sejarah Kesultanan Banten. Dan menilik kedudukan Pulau Jawa yang unik di antara kepulauan Indonesia dan sekitarnya, maka Kesultanan Banten mempunyai kepentingan istimewa, sebagai pemikul tugas yang seakan-akan diwariskan dari Demak. Banten boleh dikata kelanjutan dari Demak. Maka perhatian Muslimin dan arus hijrah mereka dari luar Han dalam Pulau Jawa beralih ke Banten, setelah berakhir keku- asaan Demak sebagai benteng Islam dan harapan kaum Muslimin Indonesia dan sekitarnya. Sesudah Demak v maka Banten muncul sebagai suatu pusat ajaran fdam rynmi di mana tampak pemisahan antara Islam dan falsafah Hinflu— Bundha, yaitu suatu kemurnian seperti yang kita lihat dengan jelas dalam kitab Sunan Bonang yang mewakili ajaran dan wejangan Wali Songo Ahli Sunnah Hnlam ’aqoidnya, madzhab Syafi’i daalam soal-soal fuiu’ fiqihnya, dan Imam Gha?ali dsb. dalam tasaufnya. Karena tulisan-tulisan dan wejangan-wejangan para Wali Songo itulah maka Kesultanan Demak berdiri atas asas Syariat Islam hakeki. Dan Syari’at inilah yang dipegang teguh pula sebagai tasauf lihat pasal mengenai wejangan Sunan Bonang di atas. Konon kabarnya dulu ada patung-patung yang dihancurkan atau 'dibuang kelaut oleh Muslimin Demak karena kuatir merusak tauhidnya orang-orang awam. Diantara bukti-bukti kebenaran keadaan Demak demikian itu inilah hukuman yang diterima oleh seorang ahli bid’ah yang terke- nal dengan sebutan Sekh Siti Jenar = Seh Lemah Abang. Untuk lebih menjelaskan bukti ini marilah kita ikuti apa yang diajarkan olehnya itu. 36 Dalam majalah Al— Djami’ah No. 4 — 5, tahun I April Mei 1962 halaman 55 - 1 - 60, dimuat dari buah pena Drs. Widji Sak- sono sebagai berikut Fragmenta Seh Lemah Abang. Menyimpang dari Wali Songo lainnya, yang mementingkan tasawwuf kebatinan tetapi juga mementingkan, syari’at, maka Seh Lemah Abang sangat bermubalaghoh berlebih-lebihan dan extreem mementingkan kepada kebatinan. Andaikata toh Seh Lemah Abang memperhatikan soal-soal syari’ yyahnya lahiriyah dan mu’amalah dan ’aqidah ilmu kalam, maka syari’ah dan ’aqiedahnya ialah dari aliran bid’ah yang dla- lalah S r i n a t a Nyanyian dikutip dari Dr. D. A. Rinkes ”De Heiligen van Java” jilid VI halaman 116 — 117 dari Dj. Poerwaredja p. 201 sbb. ”6 de wawodjanging kawroeh, Lemahbang ring sekabat, 1 winroehkan poerbaning oerip, 2 kaping kahh wroeh- ken pelawangan gesang”. ”7. 3 Ping tiga panggenan benjeng, oerip langgeng tanpa- tawis, 4 ping tjatur panggenan pedjah, kang linakon ing samang- kin, 5 lawan malih paring wrin, djoem e nengnja kang maha loehoeng ” = 6 ... adapun tentang wejangan pengetahuan, oleh Lemah Abang kepada sahabat-sahabatnya ialah mengajarkan pengetahuan tentang penguasaan hidup, keduanya pengetahuan tentang pintu kehidupan. 7. Ketiganya tempat di kelak kemudian hari, hidup kekal tak berakhiran, keempatnya tempat mati, yang dialami di dunia sekarang ini, dan lagi .Lemah Abang mengajarkan tentang kedu- dukannya Yang Maha Luhur • • - 37 Jadi ajaran-ajaran Seh Lemah Abang sangat bertitik berat pada soal-soal yang metaphisis, alam gaib dan persoalan-persoalan dibalik kenyataan-kenyataan yang nyata. Tentang Ketuhanan yang diajarkan oleh Seh Lemah Abang, maka dari penerangan Dr. Zoetmulder dalam buku beliau ”Pantheisme en Monisme in de Javaansche Soeloek Literatuur” di halaman 346/347, suatu kutipan dari Widya Poestaka halaman 10, dapat diketahui dari sikap Kebo-Kenongo alias Ki Ageng Pengging yang tersimpan dalam nyanyian sbb. Pangkur ”Kyageng Pengging tan rininga/angengkoki DJATINING MAHA SOEKTJI/ ALLAH kana kene suwung/djatine amung asma/ asmane manoengsa ingkang linoehoeng/mengkoe sifat kalih dasa/ agama Boeda Islami/karone ora beda/wama roro asmane moeng sawidji //”. ^ =’= Ki Ageng Penggeng murid Seh Lemah Abang tanpa ragu-ragu mempertahankan pendirian. Allah Yang Maha Suci di sana-sini kosong nonsense. Allah sesungguhnya hanya nama, ialah nama dari manusia yang mahaluhur, mengandung sifat dua- puluh, agama Budha Islam itu keduanya tidak berbeda, berdua warna bentuknya tapi hakikatnya satu cuma . Dari syair tersebut, teranglah bahwa ajaran Seh Lemah Abang itu ajaran mulhid = atheis, ingkar akan adanya Tuhan, dan mengandung wihdatul-adyan = persatuan segala agama yang bersumber/bercorak kebudhaan. > Juga faham Seh Lemah Abang biasa membawa orang kepada kafir, ingkar akan wujud Allah dan adanya alam Akherat sebagai Hari Pembalasan dengan Syurga dan -Neraka. Sebab syurga dan neraka itu menurut Seh Lemah Abang, tak lain hanyalah keba- hagiaan dan kesengsaraan di dunia ini saja. Pengertian mi dapat disimpulkan dari kata-kata Seh itu sbb. . Widya Poestaka halaman 21 * . *. Zoetmulder S J., Dr. ” Pantheisme en Monisme halaman 350 - 351 - "Neraka miwah swarga di / Begdja kalawan tjilaka / goemelar ing ngalam pati / ja ngallam donya iki //”. = Neraka dan Syurga Indah / Bahagia dan celaka / terben- tang di alam mati / ya’ni alam dunia sekarang ini //. Widya Poestaka halaman 28 "Swarga neraka sami / nora langgeng bisa leboer / dene doenoengira / amoeng neng tyase pribadi / seneng pareng ikoe ingkang aran swarga”. "Dene neraka tegese / jekoe sak sering ing ati / dadi tetap swarga nraka / ikoe ketemoe samangkin bendjing djaman ing oerip / Swarga nraka tan amoenggoeh” //. ’ = Syurga neraka itu keduanya tiada kekal dapat lebur, adapun letaknya, hanya dalam rasa hati masing-masing pribadi, senang puas itulah syurga /'/. Lebih tegas lagi betapa kufur atau atheisnya faham Seh Lemah Abang itu tersimpul dari kutipan Widya Poestaka * . hala- man 20 "Pangidepe mring Hyang Widi kana kene ora nana / Allah moeng deweke dewe / kang ana moeng asmanira / djadi oerip ing raga / ja oerip salaminipun //”. = Iktikadnya tentang Tuhan, sana-sini tidak ada, Allah itulah pribadi orang masing-masing, yang ada hanyalah namaNya, ialah hidup dalam raga, itulah hidup selama-lamanya. Kalau dalam acjiedah demikian rupa nylewengnya wejang Seh Siti Jenar, maka dalam praktek-praktek ibadahnyapun sangat menyimpang, baik menurut kaidah agama maupun dari kaidah moral yang sehat. Dari murid Seh Lemah Abang, yang bernama Lebes Loentang, dapatlah kita ketahui betapa kaifiyat "shalat” . beliau itu, ya’ni suatu tata-cara ibadah yang tergambar dan dinamai sbb. *. Zoetmulder Dr. Tanthelsme en Monisme” halaman 351. 39 DIKIR ODJRAT RIPANGI PRAKTEK-PRAKTEK IBADAH LEBE LONTANG MURID SEH LEMAH ABANG *. ”25 adikir odjrat ripangi //. ”26. Tinggalero goejeng djoenoen / sadaja boeka pribadi / djalwestri atoetoep moeka / pamboekaning roh ilppi //. ”27. S amij a aroe pagoejeripoen / wang weng gedeg gobag gabig / manthoek krep neratek njengka / napas winotan ing dikir / sewoe kalimah sanapas / keh oenen-oenen ing dikir. ”28. La Tlahi illallahoe / haillalah illallahi / wenek Allah Allah / Kang Hoe Hoe Hoe Hoe HiHiHiHi/EEIIAA/lalala la la Hak Hik Hak Haik //. ”29. Sareng panarima djoenoen / ting, karingkek anggoelin- ting saoedjoer-oedjoere niba / wor djaloe lan estri / soendoel- bantal-binantal / tan ada walang asisik //. ”30. Sasangat denira kantoe / denja kalenger tan eling / woes dangoe antaran ira / kang sami ja pana birahi / tangi saking padjoenoenan ”50 agoejoer kepalanja / niba ting galegoeg / lapake anenggak napas / anggelasak a asoengsoen timboen matindih / lir babandan ing pisan // ”51. War winor lan djaloe miwah estri tan ana oekoemipun / woes tatane wong doel birahi / singa menang soealnja / salasilahipoen / santri kang kasar elmunja / asrah djiwa raga nyang bodjonireki / kantoer soemanggeng karso //. Artinya = 25. . . . berdikir odjrat ripangi // = 26. Hiruk pikuk berputaran bermabukan, semua buka pakaian dari sekujur badan, laki wanita bertutup muka, dari kain sebar dua jari, bersuratkan wajah muka, pembuka roh idlopi. *. Ibid. Halaman 270 — 271. 40 = 27. Semakin meninggi hirup pikuknya, wang weng geleng kepala berputar-putar kekanan-kiri, geleng bawah atas gemetar nafas bersengal, nafas berdengusan bercampur suara dikir, seribu kalimat serentak keluar dalam sedengus nafas, membanyaklah derunya dikir = 28. La ilaha illallahu / ha illallah illalahi weneh Allah Allah / kang hoe hoe hoe hoe hi hi hi hi e e i i a a / la la la la hak hik hak hik. = 29. Setelah sampai klimaks majnunnya / rebah bergelim- pangan sejatuh-jatuhnya, bercampur baur laki wanita bertumpuk- an bantal-membantal terlena tiada sadarkan diri, dengan tiada ber- isik. = 30. Sesaat mereka terlena, pingsan, tiada sadarkan diri, lamalah sudah berlalu masa, yang sama tenggelam fana’ dalam ke- fana’ dalam birahi, sadar dari kemabukannya = 50. . berputar-putar kepalanya, jatuh berbantingan, lapak- nya menanjakkan nafas, bergelimpangan timbun-menimbun, bagaikan onggokan-onggokan batang pisang. = 51. Campur aduk sungsun timbun laki wanita tiada hukum haramnya, demikianlah watak orang yang berlaku birahi, siapa menang dalam berbantah ilmu, adalah adabnya santri yang kalah dalam berbantah, menyerahkan jiwa raga beserta isterinya, dipersembahkan kepada kehendak dari yang menang untuk di- perbuat sesukanya. Dan dasar "syare’at” Seh Siti Jenar, khusus dalam bidang yang berkenaan dengan hubungan perkelaminan adalah demikian bebasnya, tak ada haram batal, meskipun di antara laki wanita yang bukan bersuami-isteri, boleh saja sesukanya mengadakan hubungan kelamin di luar nikah yang sah, boleh meminjam wanita. ”52. Jen ta ana karepe ki santri / amengarah estri sengahneaa / tan ana waler sengkere / kenging kewala wor hojoen / woes mangkana tabiat neki / angger loehoer kawroehnja / kang kasar soemongkoe / anggoeroe ngaken panoetan / tan roemasa malang sakersanireki / badan datang sewala” //. f= 52 Jika ada kehendaknya santri warga jemaah murid Siti Jenar ' mengingini wanita yang mana saja / tak ada halangan batal haramnya, boleh-boleh saja berkumpul campur-aduk, demi- klanlah tabiatnya, bagi orang yang telah tolllVl hantah menyerah pasrah, menganggap guru serta pan , ££ perlu menghalang-halangi kehendak apapun dan gurunya, badan diserahkan tanpa syarat. - SttSsSSSS ”berjama’ah” menjalankan ibadah . •17 Lebemodin ngoetjap bari kadoengsangan / Lebe Lontang ngoetjap sarwi tjetjebolan , ia» angaram mrang ing wang Lebe Lontang moedoen mesdjld tatajoe g -18. Lebe Lontang tjoetjel mari tjetjawedan Njai Lebe Lontang mara mapak dalam”. -19. Njai Lontang Kembene loengsoeran salang / sindjang- ipoen loengsoeran djala tambalan . ”20. Pang kapapag neng dalan bandjoer rangkoelan / saka- roene pada kangen boeng-amboengan ,17 Lebaimodinngutjap sembari berlompatan, ^be^tang ngutjap serta berbadutan teeserah padamu untuk menamai drn apapun. Lebe Lontang turun mesjid bertanan. 18. Lebai Lontang lepas sembuh berpakaian ..Nyai Lebar mendekat menyambut dijalanan. P. J. Pantheisme en Monisme ”, Heiamen 265. 42 = 19 Nyai Lontang bekasan tali pada pikulan, kainnya bekasan jala bertambalan kainnya hanya beberapa helai benang jala. = 20. Berpapasan dijalanan lalu saling berangkulan, kedua- nya sama-sama kangen-rindu, berciuman . Atas perbutan bid’ah dlalalah dan penyelewangan-penyele- wenagan yang tiada susila, yang berakibat rusaknya tata-masya- rakat semacam di atas, itulah agaknya, maka Wali Sanga dalam sa- lah satu sidangnya memutuskan suatu putusan hukum, bahwa da- rah Seh Siti Jenar telah halal untuk ditumpahkan, telah layak baginya dijatuhi hukuman qishsas. Wali Sanga berpendapat bahwa Seh Siti Jenar adalah ahli bid’ah dlalalah, yang tidak hanya ber- bahaya bagi agama, tetapi juga berbahaya bagi tata-masyarakat dan tata-susila dalam negara. Wali Sanga menda’wakan Seh Lemah Abang itu pengikut mazhab JabariahV Juga Siti jenar dituduh sebagai pengikut mazhab Qadariyah**. ySng mengakukan diri- nya Tuhan dan beranggapan, bahwa akal budi yang jemih suci itulah juga Tuhan atau Nabi. Hal ini beritanya dapat kita jumpai dari nukilan Dr. Rinkes dalam buku beliau ”De Heiligen van Java” jilid VI hal 106 sbb. ”27 tyasnjarda kelahir, oemahja tekad Kadjabarijah , Kadarijah mangsoed tyse, andakoe datoellahoe, boedi eling den ang gep goesti ”27 . . hatinya berkeras hingga terlahir, . . bertekad Jabariah, Kadariah maksud hatinya, mengaku dirinya Allah, budi yang waspada juga dianggap Tuhan . Demikianlah pembahasan Drs. Widji Saksono dalam majalah tsb. itu. Maka jelaslah, para wali yang mendukung Kesultanan Demak itu tidak setuju dengan orang-orang nyeleweng dari ajaran Islam. *. Ibid. halaman 351. **. Rinkes, Dr. ” De Heiligen van Java ”, jilid VI halaman 105 — 106 cf. Jav. Handss. Bat. Gen no. 575 pagina 185. 43 Dan diantara para wali itu ialahSunan finn,,™ t + di *-*• ““s seorang bangsawfn^’etumn^ MaTa^ahft^me 3 ’ pertemuan antara Seh Siti Jenar i sfh Lem^h ^akan cr~r sr* To^ a itu di Demak - seluruh tanah Jawa, Timur, Tengah dan Barat- ham » ir .u j r tokta -^ nya ialah para Wali-Sanga atau • w n r ’c T ^ ng menyebarka n- Islam asli mumi “r™Tll h ' r Sana> ' hin a ktaipun, D. luar tanah Jawapun terdapat pula y’ang seperti itu Di antara tokoh-tokoh besar yang dengan tulus iu,i rsc.. -ts c s asaets hahd ^ f?™ 50 ” Wdl ' Wal1 Sanga > Ktab Topah, Kitab Nashi- hatul-muluk karangan Imam Ghozali, Sejarah Ispahan dan Arabia. 44 Adapun kitab Topah yang' dipelajarinya, itu ialah Tuhfah karangan Ibnu Hajar, kitab terbesar dalam ilmu fiqhdan hingga kini masih dianggap mu’tamad oleh ’alim-ulama di Indonesia pada umumnya, bermazhab Syafi’i. Kitab ini dipelajari benar-benar oleji Pangeran Diponegoro, dan dijalankannya. *. - - Bagaimana keras dan jelasnya fikiran dalam ilmii f!qh, telr-. nyata ketika beliau dijadikan Wali Sultan, tatkala Sultan Jarot ' meninggal dalam tahun 1822. Dipanegara diangkat oleh Pfemerin- tah Belanda menjadi Wali bersama-sama dengan orang Belanda dan seorang isteri. Angkatan itu ditolak oleh Dipanegara, dan sampai sekarang orang tidak mengerti mengapa beliau menolak, selainnya daripada me- ngeluarkan dakwaan, bahwa Dipanegara sendiri ingin menjadi Sultan, setelah saudaranya Sultan Jarot meninggal. Dakwaan itu tidak berdasar dan menandakan tidak mengerti akan hukum Islam. Menurut ilmu fiqh, maka wali-anak dari wali-pemerintah itu ber- lain-lain begitu juga wali-harta. Di antara wali ada yang telah di- tentukan oleh Allah dalam kitab Qur’an, dan tak boleh diangkat- atau dikuatkan oleh suatu surat angkatan, walaupun daripada gubemur-jendral sekalipun. Juga perempuan tak boleh menjadi Wali-Pemerintah. Orang Belanda tak boleh menjadi wali seperti yang dimaksud Qur’an. Itulah sebabnya maka angkatan menjadi Wali ditolak oleh Dipa- negara, karena atas hak yang telah diletakkan Tuhan maka peme- rintah Belanda tidak boleh menjalankan angkatan semau-maunya** Sejarah Dipanegara ini menunjukkan, bahwa di kalangan bangsawan Matarampun ada hidup juga jiwa Islam mumi, hanya tidak sekuat di Demak. Itulah sebabnya maka boleh dikatakan, bahwa pewaris Demak ialah Banten, sebagaimana akan lebih jelas dalam fasal-fasal kemudian dari kitab kita ini. *. Muhammad Yamin, Prof , Dr., ” Dipanegara ”, halaman 24. **. Muhammad Yamin, Prof. Mr. ” Dipanegara halaman 24 — 26. 45 BANTEN SEBAGAI BENTENG ISLAM Dari tahun 1524 hingga tahun 1568, Banten adalah meru- pakan satu bagian dari Kesultanan Demak, tetapi dari tahun 1568 hig ga 1752 menjadi berdiri sendiri karena Demak runtuh setelah wafat Sultan Trenggono. Dan dari 1752 hingga 1832 berjoang melepaskan diri dari belenggu penjajahan Belanda. Banten tampil ke muka sebagai pembela Islam dan pemeli- hara segala syi’amya. Ia adalah suatu halkah mata-rantai yang kuat dalam silsilah pertahanan Islam di Indonesia. M ula -mula bahaya yang menyerang Islam itu datangnya dari bangsa Portugis, dan pada ketika itu Demak sedang kuat. Pangeran Suh nm g Lor, yang disebut orang Portugis Pati Unus itu, yaitu putera Raden Patah Sultan Demak Pertama, beliau ini menye- diakan armada dan menyerang Malaka yang dikuasai orang Portu- gis, akan tetapi sayang, Demak yang begitu besar jasa-jasanya itu tidak begitu panjang usianya. Ketika Pangeran Trenggono, Sultan Demak ketiga dan terakhir, berjihad memerangi lawan-lawan T frinm di Pasuruan , maka suatu tangan durhaka telah menghabisi kehidupan Sultan Besar ini, setelah mana tentaranya terpaksa pulang. Gejala-gejala pemberontakan mulai timbul di Demak, pere- butan singgasana di antara para Pangeran terjadi pula, kerinduan kepada alam keagamaan lama merangsang pula rupanya beberapa orang yang belum meresap benar Islam di hatinya, maka seringlah terjadi peristiwa pembunuhan, kekacauan merajalela. Akhirnya Adiwijoyo, Adipati Pajang, dapat mendirikan Kesultanan Pajang di Jawa Tengah, tetapi tidak lama, hanya seumur kekuasaan pen- dirinya saja, yaitu 15 tahun. Setelah kekacauan karena runtuhnya Demak, dalam waktu mana di seluruh tanah Jawa tak terdapat suatu Kerajaan berdasar- kan dasar Islam kuat, berdirilah Banten untuk memikul tugas suci ini dan mengumumkan kemerdekaannya agar supaya dapat 46 melakukan kewajibannya sebagai pembela Islam dan pemelihara ’aqoid dan syi’amya, beserta menjalankan syari’atnya. Bagi Demak ada dua lawan, yaitu lawan di dalam berupa orang-orang yang masih merindukan pusaka kebatinan lama dari masa Hindu-Budha, dan lawan dari luar yaitu orang Portugis. Ketika terjadi penanda-tanganan antara raja Pajajaran dan orang Portugis serta sampai kabarnya ke Demak, maka Maulana Hidayatullah Sunan Gunung Jati segera minta idzin dari Sultan Trenggono untuk menyebarkan Islam di Jawa-Barat dan mengusir orang-orang Portugis yang berniat untuk menanam dasar kekua- saannya di Sunda Kelapa. Di Banten beliau disambut dengan gembira, para pembesar segera memeluk agama Islam dan diikuti pula oleh rakyat jelata. Demi- kian pula penduduk Sunda Kal apa telah menerima ajakan Islam dengan sadar dan insyaf. Maulana Hidayatullah tentunya sudah tahu, bahwa orang- orang Portugis akan datang di Sunda Kalapa dengan kapal-kapal perang dan kelengkapan militer mereka untuk memenuhi janji membantu raja Pajajaran, maka beliau bersiap menghadapi demiki- an itu dan minta dikirim tentara dari Demak. Sultran Trenggono segera mengirimkan tentara terdiri dari beberapa ribu mujahid dengan senjata lengkap. Pada ketika itu kaum Muslimin memiliki meriam-meriam dan kapal-kapal perang buatan mereka sendiri. Ketika tentara Islam dari Demak sampai di Jawa Barat, maka pimpinannya dipegang oleh Maulana Hidayatullah sendiri, dan ia pula yang mengatur penempatan meriam-meriam di Benteng- benteng yang penting. Ketika kapal-kapal perang Portugis datang di situ, maka sebagian mereka mendarat, dan mendengar bahwa penduduk Sunda Kalapa sudah masuk Islam dan bahwa negeri itu sudah merupakan negeri Islam. Mendengar ini marahlah mereka dan mulai memerangi kaum Muslimin. Akan tetapi serangan-se- rangan Muslimin terjadi bertugi-tubi dari tiap penjuru sehingga musnahlah tentara musuh yang mendarat itu dan segala senjata dan perlengkapan mereka jatuh ketangan Muslimin. Kapal-kapal perang Portugis menerima pula pukulan-pukulan dari meriam- meriam pihak Islam. 47 Kapal-kapal itupun dengan keras sekali menembaki kaum Mus- limin, akan tetapi barisan meriam Islam tidak gentar dan akhirnya dapat mengacau balau kan armada Portugis yang menderita keba- karan pada beberapa kapalnya, ada pula yang tenggelam, hanya beberapa buah kapal saja yang dapat menyelamatkan dirinya. Dengan demikian sempurnalah kemenangan kaum Muslimin. Ketika penduduk Banten di Jakarta tahu, bahwa tentara yang datang dari Demak untuk membela negeri mereka itu adalah se agama dengan mereka Muslimin alangkah besar rasa gembira mereka*. Mereka penduduk daerah Jawa-Barat tsb., yang menyak- sikan akhlaq dan kecakapan Maulana Hidayatullah itu, minta supaya ia menjadi Sultan bagi mereka, akan tetapi ia menolak dengan berkata begini ”Saya tak dapat mengabulkan permintaan tuan-tuan, sebab saya menaklukkan negeri ini hanya atas perintah dari Sultan dan dengan tentaranya sendiri, yaitu Sultan Trenggo- no, Sultan Muslimin Jawa seluruhnya, yang bertakhta di Demak, sedangkan saya adalah salah seorang dari panglima-panglima ten- taranya. Saya dan tuan-tuan adalah rakyatnya, dan negeri ini menjadi ba- gian dari Kesultanan Demak. Sultan Trenggono itulah yang dapat mengangkat siapa saja menjadi penguasa di sini, dan tuan-tuan harus taat kepada pengusaha yang - diangkatnya **. Berita kemenangan itu sampai kepada Sultan Trenggono, yang amat gembira karenanya dan mengumumkan kabar baik ini kepada seluruh Muslimin. Ia adalah seorang Sultan yang bijak- sana, mengenal siapa-siapa yang patut diangkat menjadi penasihat dan siapa-siapa pula yang patut diangkat menjadi penguasa daerah. Demikianlah, maka untuk Banten dan sekitarnya diangkatnya Maulana Hasanuddin putera Maulana Hidayatullah. Ini berarti pengangkatan seorang tokoh yang cakap dan berarti pula balasan *. S. Ahmad bin AbduUah Assaggaf, Tarikh Banten , halaman 13. **. Ibid., halaman 14. 48 baik bagi jasa-jasa Maulana Hidayatullah yang tak lain ialah ayah dari gubernur yang baru diangkat itu. Sultan Trenggono telah mengawinkan Maulana Hasanuddin dengan salah seorang puteri- nya, sebagaimana Maulana Hidayatullah, ayah Hasanuddin, telah kawin dengan saudara Sultan Trenggono, yaitu puteii Sultan Abdul Fattah E. Patah. Demikianlah hubungan kekeluargaan antara Kesultanan Demak dan keluarga Al— ’Azamat Khan itu amat erat sekali. Sultan Trenggono ada baginya seorang puteri yang dikawin * . pula oleh Maulana Basri bin Maulana Hida- yatullah. Menurut riwayat, keputusan Sultan Trenggono untuk meng- angkat Maulana Hasanuddin menjadi panembahan Banten itu telah menggembirakan Maulana Hidayatullah yang insyaf bahwa ini berarti penghargaan bagi jasa-jasanya dia sendiri dan kepercayaan akan kecakapan anaknya, Hasanuddin, yang memang pada tempat- nya. Sebagaimana akan dituturkan nanti, Maulana Hasanuddin ternyata dapat memenuhi tugasnya sebaik-baiknya, sehingga Banten menjadi penting setelah Demak tidak lagi memegang pe- ranan sejarah. Apa yang dilakukan Demak untuk memelihara ’aqo- id Islam dan syi’amya adalah merupakan warisan yang dilanjutkan oleh Banten. Setelah Pemerintahan Banten dipegang oleh Maulana Hasa- nuddin, maka Maulana Hidayatullah kembalilah ke Demak, sebab Sultan memerlukan adanya sebagai penasihat dan panglima. Demikian itulah intisari dari riwayat-riwayat para penulis sejarah mengenai Islam di Jawa-Barat pada ketika itu. Peristiwa- peristiwa ini, menurut riwayat-riwayat itu, terjadi dalam tiga ta- hun, dari tahun 1521 M = 927 Hijrah hingga tahun 1524 M = 930 H.. Jadi berdirinya Banten itu ialah dari tahun 930 Hijrah. Kemudian penulis-penulis sejarah berikhtilaf, ada yang mengata- kan bahwa penduduk Bantenlah yang masuk Islam lebih dahulu, ada juga yang mengatakan penduduk Sunda Kalapa itulah yang V *. Ibid., halaman 14. 49 memeluk Islam lebih dahulu. Akan tetapi semuanya berittifak bahwa mereka itu, penduduk kedua daerah tsb. itu, masuk Islam dengan perantaraan Maulana Hidayatullah. Tanda-tanda menguatkan pendapat bahwa penduduk Banten masuk Islam lebih dahulu. Adapun peperangan dengan orang-orang Portugis memang terjadi di Sunda Kalapa, di mana orang-orang Portugis terusir, menurut beberapa ahli sejarah yang tahkik. Akan tetapi, karena jarak antara Banten dan Sunda Kalapa itu tidak jauh, ada kemungkinan bahwa setelah penduduk Banten masuk Islam maka Maulana Hidayatullah segera pergi ke Sunda Kalapa mengajak mereka masuk Islam dan setelah penduduk Sunda Kala- pa memeluk Islam terjadilah peperangan dengan orang-orang Portugis. Kebanyakan penulis sejarah mengatakan bahwa habisnya peperangan itu ialah pada tahun 1524 M. Akan tetapi menurut Sanusi Pane, Maulana Hidayatullah menduduki Sunda Kalapa yang namanya digantinya jadi Jayakarta pada tahun 1527 M. dan Cirebon ditaklukkannya sesudah itu *. Tempat yang sekarang bernama Jakarta ialah yang pada ketika itu bernama Sunda Kalapa. Sesudah terjadi kemenangan gemilang dengan diusirnya orang-orang Portugis, maka Maulana Hidayatullah menamainya Jayakarta = Jaya, kuat, menang; karta, ma’mur, aman. * *. Kapankah Maulana Hidayatullah kembali dari Jawa Barat ke Demak ?. Tentunya terjadi sebelum 1546, sebab pada tahun itu beliaulah yang memimpin tentara Demak dalam peperangan di Pasuruan, di mana telah wafat Sultan Trenggono, sebagaimana te- lah dituturkan di atas. Adapun pengunduran diri Maulana Hidayatullah dari gelang- gang politik untuk melulu memperhatikan ilmu dan ibadah di Cirebon, maka para penulis sejarah seia sekata bahwa demikian itu terjadi pada tahun 1552 M; yaitu enam tahun sesudah wafat- nya Sultan Trenggono, dan 15 tahun sebelum berdirinya Kesul- tanan Pajang di Jawa Tengah yang berdiri pada tahun 1567 M. *. Sanusi Pane, Sejarah Indonesia Jilid I, cetakan keempat , halaman 172. **. A. A Assaggaf, Tarikh Banten, halaman 14. 50 Adapun wafatnya Maulana Hidayatullah adalah, sebagaimana telah dikatakan, pada tahun 1570 M. Jadi jarak waktu antara jatuhnya Kesultanan Demak karena wafatnya Sultan Trenggono pada tahun 1546 dengan berdirinya Kesultanan Pajang yang didirikan oleh R. Adiwijaya di Jawa-Tengah pada tahun 1567 adalah 21 tahun. Selama 21 tahun ini kekacauan, perselisihan dan pembunuhan berkecamuk di antara para pangeran, dan timbul pula ambisi- ambisi dan keinginan-keinginan perseorangan disamping muncul- nya aliran-aliran kebatinan yang ada sebelum datangnya Islam. . Karena itu maka Demak menjadi lapangan bagi perselisihan- perselisihan antara golongan-golongan dan perseorangan-perse- orangan. Rupanya amat sukar bagi seorang penasihat untuk mendapatkan tokoh-tokoh yang mampu menjalankan nasihatnya untuk mengembalikan ketertiban dan ketenteraman guna mem- perkuat kembali semangat Demak yang lampau. Kafena itu tidak- lah heran kalau Maulana Hidayatullah mengundurkan diri ke Cirebon untuk memelihara Islam di daerah ini. Juga tidak meng- herankan pula kalau Maulana Hasanuddin menganggap Banten \ sudah dengan sendirinya merupakan negara tersendiri setelah jatuh Demak dan merajalela kekacauan begitu lama hingga 21 tahun itu. — oOo — BANTEN Di zaman Maulana Hasanuddin. 1524 - 1570 M. = 930 - 978 H. Maulana Hasanuddin memerintah selama 46 tahun, yaitu dari tahun 1524 M. = 930 H. hingga 1570 M. = 978 H.. Akan tetapi sebenarnya belum dapat dipastikan pada tahun berapa mulai pemerintahannya itu. Tahun 1524 M. itu adalah tahun ter- tanamnya Islam dengan kuat di Jawa-Barat, dan pada tahun ini atau satu tahun sebelumnya terjadilah kemenangan gemilang bagi kaum Muslimin terhadap orang-orang Portugis dan pengusiran mereka dari Tanah Jawa. Dari tulisan setengah penulis sejarah di- mengerti bahwa Maulana Hidayatullah tinggal di Banten mem- bereskan segala sesuatunya sebagai wakil dari Sultan Demak, sampai datangnya Maulana Hasanuddin. Ada pula yang menga- takan, Maulana Hasanuddin memerintah Banten mulai pada tahun 1552 *. Sumber-sumber dari orang Barat mengatakan, masuknya Islam ke Jawa Barat terjadi antara tahun 1521 dan 1524, jadi pemerintahan Maulana Hasanuddin di Banten itu adalah sesu- dah tahun 1524, tetapi tentunya sebelum wafatnya Sultan Treng- gono. Menurut Sanusi Pane **. , agama Islam dan kuasa Banten makin kembang di bawah pemerintahan Maulana Hasanuddin, meskipun Pakuan, dayeuh Pajajaran, masih berdiri juga. Di bawah ini akan dikutip kata-kata dari penulis-penulis sejarah tentang masa pemerintahannya itu. Sanusi Pane *** . menulis ”Hasanuddin menanam kuasanya di Lampung. Ia kawin dengan puteri raja Indrapura, yang menyerahkan daerah selebar pula kepadanya. Daerah itu banyak ladanya. *. Sanusi Pane, Sejarah Indonesia Jilid I, Balai Pustaka 1950, halaman 181. **. Ibid., halaman 181. ***. Ibid., halaman ! 81 — 182. 52 Banten makin maju, akhirnya mengatasi Jayakarta dalam > hal perdagangan. Telah kita lihat, bahwa banyak saudagar yang menyingkir dari Malaka ke Banten, setelah orang Portugis men- duduki bandar yang pertama itu. Karena Malaka dipegang oleh Portugis itu pulalah, maka pelayaran sepanjang pesisir Andalas sebelah Barat jadi penting dan makin ramai, apalagi setelah bea di Malaka jadi tinggi dan hanya orang Portugis yang boleh membeli rempah-rempah di sana. Banten dikunjungi oleh saudagar-saudagar Gujarat, Persia, Tionghoa, Turki, Pegu Birma Selatan, Keling. Kemudian datang pula orang Portugis. Tentang perdagangan Banten banyak keterangan dan karena keterangan-keterangan itu meluaskan pemandangan kita tentang perniagaan di Nusantara seluruhnya, ada baiknya diuraikan agak panjang lebar. Orang Tionghoa terutama membawa uang kepeng, yaitu uang dari timah. Lain daripada itu porselen, sutera, beluderu, benang mas, kain yang disulam dengan benang mas, jarum, sisir, payung, selop, kipas, kertas dsb.— nya. Mereka itu membeli lada, nila, cendana, cengkeh, buah pala, penyu dan gading. Orang Persia membawa permata dan obat- obat. Orang Gujarat menjual kain-kain kapas dan sutera, batik koromandel, kain putih, untuk dibatik atau disulam oleh perem- puan-perempuan Banten. Mereka itu membeli rempah-rempah. Barang-barang dari luar negeri diambil oleh perahu-perahu Jawa dan lain-lain. Ke Banten perahu-perahu itu membawa gar am dari Jawa-Timur, gula Jawa dari Jepara, beras dari Mengkasar dan Sumbawa, ikan kering dari Karawang dan Banjarmasin, madu dari Jayakarta, Karawang, Timor, Banjarmasin dan Palembang, minyak kelapa dari Balambangan, rempah-rempah dari Maluku, lada dari Lampung dan Selebar, cendana dari kepulauan Sunda Kecil, gading dari Andalas, tenunan dari bali dan Sumbawa, timah putih dan hitam dari perak, Kedah dan Ujung Selong di Malaka, besi dari Karimata, damar dari Banda dan Banjarmasin. Orang Portugis memasukkan antara lain-lain kain-kain dari Eropah dan India. Demikian Banten jadi ramai dan tidak mengherankan , bahwa Hasanuddin memerdekakan diri dari Demak pada ± tahun 1568, ketika di Demak terjadi kekacauan setelah Sultan Trenggono wafat”. Doewes Dekker berkata * Ia Maulana Hidayatullah diganti oleh putera sulungnya, Hasanuddin, menjadi Gubernur Banten. Adapun adik Hasanuddin, Pangeran Pasarean, menjadi Gubernur di Cirebon. Banten maju cepat karena penduduknya yang beragama Islam itu giat bekerja. Banten pada ketika itu takluk kepada Kesultanan Demak, akan tetapi Demak ditaklukkan oleh Kesultanan Pajang. Akan tetapi Banten karena perdagangannya dan kekuasaannya, tidak mau mengakui kekuasaan Pajang, dan Pajang terpaksa memberinya kemerdekaan, maka sejak itu Hasanuddin, memakai gelar Sultan Banten Pertama. Hasanuddin adalah orang bijak seperti ayahnya. Ia dapat me- nguasai tanah Lampung untuk mendapatkan lada. Dalam usahanya menaklukkan Lampung itu ia tidak menjumpai perlawanan. Ia kawin dengan salah seorang puteri dari Indrapura. Negeri ini menjadi di bawah kekuasaannya. Selain itu ia telah menyebarkan agama Islam di daerah lebih luas. Maka saudagar-saudagar Musli- min suka sekali berhijrah ke Banten sebab mereka yakin bahwa Kesultanan Banten inilah yang bisa melindungi agama dan ’aqoid mereka. Pada tahun 1545 orang Portugis sering datang di Banten se- bagai saudagar. Ibu-kotanya itu dekat dari pantai, dan sekitar kota itu didirikan tembok dan benteng-benteng mengelilinginya, di sanapun dipasang meriam-meriam untuk mempertahankan benteng-benteng dan negara. Benteng-bentengnya itu memper se- perti benteng-benteng yang ada di Eropah pada ketika itu. Pada tahun 1560 wafatlah Hasanuddin dan dimakamkan di Sabakingking Banten, karena itulah disebut orang ia Sunan Saba- kingking. Setelah wafatnya memerintahlah puteranya, Yusuf”. *> Dr. E. F. E. Douwes Dekker, Vluchtig Overzicht van de Geschiedenis van Indone- sia halaman 79. 54 Drs. Soeroto menulis *. ”Pada tahun 1552 Falatehan Maulana Hidayatullah menye- rahkan pemerintahan di Banten kepada puteranya, Hasanuddin. Ia sendiri pergi ke Cirebon. Pada tahun-tahun akhir kehidupannya, ia mengundurkan diri dari urusan pemerintahan dan memusatkan -i perhatiannya semata-mata kepada pengajaran dan penyiaran ag am a Islam. Ia meninggal pada tahun 1570 dan dimakamkan di Gunung Jati. Maka selanjutnya ia lebih terkenal sebagai SUNAN GUNUNG JATI dan sebagai demikian dimasukkan dalam golongan Wali Sanga. Di bawah pemerintahan Hasanuddin 1552 — 1570 Banten cepat berkembang. Hasanuddin berhasil meluaskan wilayahnya tidak hanya di daerah Banten sendiri, melainkan juga di Lampung dan sebagian dari daerah Bangkahulu dan daerah Palembang. Dengan demikian Banten menguasai kedua belah pantai Selat Sunda. Bandar Banten menjadi besar dan ramai, dan menjadi pusat pertemuan kaum pedagang dari India dan Tiongkok dan dari kepulauan Indonesia yang tidak suka datang ke Malaka. Selat Sunda menjadi penting, dan pelayaran sepanjang pantai Barat Sumatera menjadi ramai. Kaum pedagang dari Gujarat dan negeri-negeri India lainnya, dari Teluk Iran dan dari Pegu menuju ke Aceh, dari sana menyusuri pantai Sumatera Barat, melalui Selat Sunda dan berlabuh di Banten. Mereka membawa kain kapas, kain putih, sutera, batik Koromandel dan barang-barang kesenian lainnya, dan membeli lada dan cengkeh. Pedagang-pedagang dari Tiongkok dan Khmer yang datang melalui Brunai membawa barang-barang tembikar yang halus-halus, sutera, belederu dan barang-barang kemewahan lainnya. Pedagang- pedagang Portugis sendiripun datang ke Banten dengan membawa kain-kain dari Eropah dan India yang ditukarkan dengan lada, cengkeh dan pala. Pendeknya, Banten menjadi bandar terbesar, tidak hanya dari seluruh pulau Jawa, melainkan dari seluruh In- *. Drs. Soeroto, Indonesia di tengah-tengah dunia dari abad ke abad. Jilid /i. 1961, halaman 189— 184. 55 donesia, dan -merupakan saingan paling hebat dari Malaka. Sudah terang negara yang sekuat itu tidak dapat mengakui kekuasaan dipertuan Demak yang kacau balau itu. Maka pada tahun 1568 oleh Hasanuddin diputuskanlah segala perhubungan dengan Demak”. . Dr. Sucipto Wiryosuparto berkata *. ”Bahwa orang Portugis itu mengakui kekuatan kerajaan Ban- ten dibuktikan oleh sikap damai orang Portugis terhadap Banten. Sebab berdasarkan sifat-sifat dagang monopoli yang tidak mengi- nginkan adanya saingan, tiap-tiap saingan dalam bentuk apapun juga pasti akan dibinasakan. Tetapi kekuasaan Imperialis Portugis tidak mampu untuk membinasakan Banten”. Supamo menulis ** ’Di Banten Sunan Gunung Jati setelah tahun 1552 diganti oleh puteranya yang bernama Panembahan Hasanuddin. Banten makin maju dan menjadi pelabuhan yang penting. Pada tahun 1568, Hasanuddin berhasil memerdekakan Banten dari kekuasaan Jawa Tengah. Jadi dia yang mendirikan Kesultanan Banten yang merdeka. Hasanuddin mendirikan kraton baru yang dinamakan Surosowan. Juga pertahanan Banten di perkuat. Kekuasaan Banten dilebarkan sampai Lampung”. Dr. Hamka mengatakan *** ; ”Sangat majunya Banten selama pemerintahan baginda Ha- sanuddin selama 18 tahun lamanya. Pelabuhan Banten menjadi ramai didatangi saudagar-saudagar dari luar negeri. Perahu dan jung yang besar-besar datang dari Tiongkok membawa uang ke- peng dari timah, porselen, sutera, beledru, benangmas, jarum, sisir, payung, selop, kipas, kertas dan lain-lain. Orang Arab dan Persia datang membawa permata dan obat-obat. Orang Gujarat menjual kain, kapas dan sutera kaindasar batik dari Koromandel, untuk dibatik dan disulam lagi oleh perempuan Banten. Hasil *. Dr. R. M. Sucipto Wiryosuparto, Sejarah indonesia Jilid II 1961, halaman 20. **- Supamo, Sejarah Indonesia I, halaman 24. ***. Dr. Hamka, Sejarah Umat Islam jilid IV, halaman 122. export Banten sendiri ialah lada, nila, kayu-cendana, buah pala, kulit penyu dan gading-gajah yang diambil dari Palembang. Perahu- perahu orang Jawa membawa garam dari Jawa Timur, gula-jawa dari Jepara dan Jayakarta, beras dari Mengkasar dan Banjarmasin, madulebah dari Jayakarta, , Krawang, Timor, Banjarmasin dan Palembang, minyak kelapa dari Blambangan, rempah-rempah dari Maluku, lada dari Lampung dan Selebar Bangkahulu, cendana dari kepulauan Sunda kecil Nusa Tenggara, gading gajah dari An- dalas, kain-tenunan dari Bali dan Sumbawa, timah putih dan hitam dari Perak, Kedah dan Ujung Selong di Malaka, besi dari Karimata, damar dari Banda dan Banjarmasin. Orang Portugis memasukkan kain-kain dari Italia dan India. Jalan perniagaan dan lalu-lintas-laut sudah lebih ramai melalui pesisir barat pulau Sumatera. Dengan melalui pesisir daerah Sumatera Barat itu adalah hubungan yang baik dengan Aceh. Sultan Indrapura, adalah cakal-bakal Sultan Besar di Aceh. Ketu- runan Sultan Ali Mogayat Syah. Suatu ketika Hasanuddin sendiri melawat ke Indrapura, dengan maksud dengan segala daya upaya, secara kasar atau halus hendak memasukkan daerah Selebar Bengkahulu ke dalam wila- yah Banten, sebab Lampung sudah di bawah perintah Banten. Sedang Selebar adalah daerah lada yang kaya, di bawah naUngan Kerajaan Indrapura Aceh. Tetapi kedatangan raja Banten yang besar itu tidaklah disambut secara kasar oleh Sultan Indrapura, melainkan dianggap sebagai tamu-agung, dielu-elukan di laut Mua- ra Sakai, disambut dan diperenaikan di Istana. Apatah lagi ada hubungan darah di antara Hasanuddin dengan Raja-raja Aceh, karena sama-sama turunan dari Pasai. Hasanuddin dikawinkan oleh . Sultan Indrapura dengan puterinya, sehingga bertambah kokohlah pertalian keluarga, dan daerah Selebar dihadiahkan ke- pada kedua pengantin, sebagai bawaan tuan puteii, untuk belanja hidup. Dan diikat pulalah janji bahwa akan melanjutkan kerjasama dalam mempertinggi semarak agama Islam melawan Portugis dan menantang Hindu”.— Demikianlah penulis-penulis sejarah itu melukiskan kemajuan Banten dan kemakmurannya. Dikatakan mereka betapa besarnya hasrat saudagar-saudagar Muslimin untuk berhijrah ke Banten 57 dari berbagai penjuru. Lebih lanjut penulis-penulis sejarah dari bangsa Asing Belanda, Inggeris dsb. menyebut pula hubungan- hubungan dagang dan politik dari Banten dengan kerajaan-ke- rajaan lain di Nusantara dan di luarnya India, Tiongkok, Kam- boja Burma, Arabia dan Afrika. Mereka mengatakan, bahwa ke- majuan Banten itu disebabkan letak geografinya, tekanan Portugis kepada perdagangan Muslimin dan kebaikan tanah Banten untuk menghasilkan hasil-hasil yang laku di luar negen seperti lada dsb. Demikian itu memang benar dan sungguh-sungguh terjadi, akan tetapi semua itu tidak merupakan sebab satu-satunya bagi kebe- saran Banten, terutama mengenai hijrahnya Muslimin dan luar ke Banten. Dr. Doewes Dekker menulis ”Saudagar-saudagar Muslimin suka sekali berhijrah ke Banten sebab mereka yakin, bahwa Kesultanan inilah yang bisa melindungi agama dan ’aqoid mereka”. Menurut hukum Islam, hijrah itu adalah menjadi wajib atas orang Muslim yang tinggal di suatu daerah di mana ia tidak aman bagi garna dan ’aqoidnya sendiri. Hijrahnya itu harus ke negen di mana keamanan beragama itu terjamin. Itu sebabnya maka da- lam Sejarah Islam pertama terjadi peristiwa-peristiwa Hijrah dan sahabat Rasulullah saw. ke Habesi, dan kemudian terjadi hijrahnya beliau s .a. w. sendiri dari Makkah ke Madinah demi kepentingan Islam. Sebab yang sebenarnya, yang dari dalam, bagi kemajuan dan kemakmuran Banten dan berduyun-duyunnya kaum Muslimin berhijrah ke sana itu ialah bahwa Kesultanan Banten itu atas dasar Islam Salafi yang kuat. Dasar ini memang dengan sendirinya memperkuat keamanan, keadilan, mendorong giat bekerja untuk dunia dan akhirat, menjamin suatu kebebasan cukup luas bagi tiap seseorang dalam usaha mencari nafkah dan penghidupan dengan jalan apapun yang halal, tiada batas melainkan batas-batas yang ditetapkan oleh syari’at yang menjaga jangan sampai ia melanggar hak orang lain atau merugikan umum yang berarti merugikan pula dirinya sendiri. Atas dasar inilah berdiri Kesulta- naft Banten, dan inilah pula sebab hakeki bagi kemajuan, kemak- muran dan kekuatan Banten, sehingga dapat bertahan lama terha- dap lawan-lawannya yang lebih lengkap senjatanya dan lebih banyak jumlah tentaranya. Hijrah ber -gelombang-gelombang dikalangan Muslimin ke Banten itu adalah mirip seperti keadaan sama yang terjadi bagi Kesultanan Aceh yang diantara sebab-sebab kemajuannya ialah berhijrahnya Muslimin dari lain-lain tempat ke wilayahnya. Aceh juga merupakan benteng Islam di mana seorang Muslim merasa aman bagi agama dan ’aqoidnya. Kalau penulis sejarah yang tadi kita kutip tulisan-tulisannya tidak menyebut pedagang-pedagang Arab kecuali Dr. Hamka yang datang di Banten, maka Van den Berg * mengata- kan, bahwa orang Arab berlayar dengan kapal-kapal mereka biasa- nya dari Timor ke Guinea Baru Irian dan ke kepulauan Filipina. Karena saudagar-saudagar Arab itu datang di Banten dari Gujarat, Pegu, Keling Koromandel, maka mereka itu disebut oleh penulis-penulis sejarah asing sebagai saudagar dari tempat- tempat tersebut itu. Haji ’Ali Khairuddin dalam sejarahnya menyebut kapal- kapal orang Arab di masa tersebarnya Islam di Indonesia. Katanya, Sy arif -sy arif dari Al— ’Azamat Khon yang berlayar dengan kapal- kapal mereka itu kerap kali singgah di Pantai Aceh, daerah-daerah Sumatera lainnya, ^Siam dan Kamboja. Kapal-kapal mereka itu memakai nama-nama Arab, diantaranya ada kapal-kapal namanya ”Hidayatur-rahman”, Fathul Arzag, Barakatul Rosul, ”Barokatul- Islam”, ”Bairoq”, ”Ja’far”, ”Fat-hus-salam”, ”Nurul-bahr” dan sebagainya. *. — 0O0 — *. Dalam bukunya ”Le Hadramaut et les colonies arabes dans Varchipel Indien , cetakan 1886, halaman 122. **. Assaggaf , Tarikh Banten, halaman 23 — 24. BANTEN Pada Masa Ma ulana Yusuf Bin Hasanuddin. 1570 - 1580 M. = 969 - 988 H. Maulana Hasanuddin wafat pada tahun 1570, yaitu tahun wafatnya ayah beliau Maulana Hidayatullah di Cirebon. Setelah wafat Maulana Hasanuddin, puteranya Maulana Yu- suf naik takhta. Pada masanya dan masa puteranya Muhammad bin Yusuf sampailah Banten kepuncak kemakmuran, kemegahan dan kekuatannya. Maulana Yusuf mengarahkan perhatiannya ke- pada memajukan pertanian dan pengairan. Pada masa kekuasaannya ini pemerintah berhasil menghidupkan tanah-tanah pertanian, mengadakan saluran-saluran, membina bendungan-bendungan yang mengangkat air untuk mengairi tanah- tanah karing. Dalam kitab Sejarah Banten ditulis demikian "Hasanuddin sampai kepada usia 100 tahun sima ilang iku tuwa ingkang juswa kangdjengqoesti. Ia diganti oleh puteranya Maulana Yusuf. Ia memiliki suatu kekuatan jasmani besar. Ia telah membangun suatu perkuatan benteng gawe kuta buluwarti bata kala wan kawis dan membuat desa-desa, sawah-sawah, salur- an-saluran dan bendungan-bendungan. Di sekelilingnya ia kumpul- kan orang-orang saleh dan perwira” *. Di samping itu diarahkannya pula perhatiannya kepada ilmu, yaitu dengan mendirikan madrasah-madrasah untuk mengajarkan agama Islam, menulis, ilmu hitung dan bahasa Arab. Jadi Kesul- tanan Banten itu adalah Kesultanan pertama di Pulau Jawa yang mendirikan madrasah-madrasah resmi negeri untuk mengajarkan bahasa Arab dengan biaya dari pemerintah sejak tahun 1570 M = 978 H **. *. Dr. Hoetein Djajadiningrat. Critiche Beschouwing van de Sedjarah Banten, ha- lamari 36. ** Assaggaf, Tarikh Banten, halaman 26. 60 Berkata Douwes Dekker *• bahwa pada masa Sultan Yusuf ini, Banten maju pesat, maka tanah tanah yang disiram dengan air hujan saja berubah menjadi sawah yang diairi dari su- ngai, bendungan-bendungan didirikan, saluran-saluran digali, jalan-jalan air diperbaiki, dan semua ini dilakukan oleh pemerin- tah sendiri; Syi’ar agama dan hukum-hukumnya dijalankan seba- gaimana mestinya. Dr. Sucipta Wiryosuparto **. menulis ”Sultan ini selalu berusaha untuk memajukan kemakmuran rakyat dengan jalan menganjurkan rakyat di Banten bersawah. Untuk mencapai tujuan ini Sultan Yusuf memerintahkan membuat saluran-saluran yang dapat dipakai untuk memberi pengairan -di sawah-sawah. Hasil sawah ini kecuali dibutuhkan untuk mencukupi permin- taan penduduk Banten yang makin ramai itu, juga merupakan barang dagangan yang sangat laku. Sebelum wafat pada tahun 1580 Sultan Yusuf telah menyer- bu ke daerah Banten pedalaman dan mematahkan sisa-sisa keku- asaan kerajaan Pajajaran yang belum memeluk agama Islam”. Dengan demikian Sultan Yusuf menaklukkan negara Pajaja- ran dengan ibukotanya Pakuan pada tahun 1580 atau 1579. Ada segolongan kecil tidak mau masuk Islam, yaitu golongan yang dikenal dengan nama Baduy dan tinggal di Banten Selatan ***. Ini berarti Kesultanan Banten meluaskan wilayahnya keju- rusan Timur. Di sana Kerajaan Pajajaran masih tetap berkuasa di daerah Bogor dan Priangan, sungguhpun telah terjepit oleh Banten, Jayakarta dan Cirebon. Pada waktu ibukotanya. Pakuan, direbut oleh tentara Banten, raja Pajajaran, Prabu Sedah, tewas dalam pertempuran itu, dan dengan demikian jatuhlah benteng agama Hindu di Jawa-Barat yang terakhir ****. *. Vluchtig Overzicht, halaman 80. -j * *. Sejarah Indonesia //, halaman 20. ***, Supatno, Sejarah Indonesia I, halaman 24. — ****, Ors . Soeroto, Indonesia ditehgah-tengah dunia jilid II, halaman 184 . — 61 Berkata Douwes Dekker *• bahwa pada masa Sultan Yusuf ini, Banten maju pesat, maka tanah tanah yang disiram dengan air hujan saja berubah menjadi sawah yang diairi dari su- ngai, bendungan-bendungan didirikan, saluran-saluran digali, jalan-jalan air diperbaiki, dan semua ini dilakukan oleh pemerin- tah sendiri; Syi’ar agama dan hukum-hukumnya dijalankan seba- gaimana mestinya. Dr. Sucipta Wiryosuparto **. menulis "Sultan ini selalu berusaha untuk memajukan kemakmuran rakyat dengan jalan menganjurkan rakyat di Banten bersawah. Untuk mencapai tujuan ini Sultan Yusuf memerintahkan membuat saluran-saluran yang dapat dipakai untuk memberi pengairan di sawah-sawah. Hasil sawah ini kecuali dibutuhkan untuk mencukupi permin- taan penduduk Banten yang makin ramai itu, juga merupakan barang dagangan yang sangat laku. Sebelum wafat pada tahun 1 580 Sultan Y usuf telah menyer- bu ke daerah Banten pedalaman dan mematahkan sisa-sisa keku- asaan kerajaan Pajajaran yang belum memeluk agama Islam”. Dengan demikian Sultan Yusuf menaklukkan negara Pajaja- ran dengan ibukotanya Pakuan pada tahun 1580 atau 1579. Ada segolongan kecil tidak mau masuk Islam, yaitu golongan* yang dikenal dengan nama Baduy dan tinggal di Banten Selatan . Ini berarti Kesultanan Banten meluaskan wilayahnya keju- rusan Timur. Di sana Kerajaan Pajajaran masih tetap berkuasa di daerah Bogor dan Priangan, sungguhpun telah terjepit oleh Banten, Jayakarta dan Cirebon. Pada waktu ibukotanya, Pakuan, direbut oleh tentara Banten, raja Pajajaran, Prabu Sedah, tewas dalam pertempuran itu, dan dengan demikian jatuhlah benteng agama Hindu di Jawa-Barat yang terakhir ****. *. Vluchtig Overzicht, halaman 80. 1 **. Sejarah Indonesia II, halaman 20. •**. Suparno. Sejarah Indonesia /, halaman 24. — s*** Ors Soeroto, Indonesia ditengah-tengah dunia jilid //, halaman 184. 61 Kenyataan bahwa golongan Baduy masih tetap memeluk agama Hindu justeru di wilayah Banten adalah bukti jelas menun- jukkan bahwa serangan tentara Banten terhadap Pakuan itu di- maksudkan untuk meruntuhkan kekuasaan politik Hindu, bukan untuk memaksa mereka masuk Islam. Beberapa penulis Belanda, dengan keliru atau sengaja, mengatakan apa yang bertentangan dengan kenyataan tsb. itu. SEDIKIT TENTANG ORANG BADUY *. Di bagian Selatan tanah Banten terdapat pegunungan yang didiami oleh orang Baduy, bangsa Sunda yang tetap masih me- meluk agama dan tradisi sebelum Islam. Diduga, orang Baduy ini adalah keturunan orang Pajajaran, yang lari meninggalkan kraton, ketika ibukota Pakuan diserbu oleh tentara Islam. Negara pajajaran itu berpusat di tempat Bogor sekarang. Wilayahnya seluruh Pasundan, dari Banten hingga Cirebon. Pada akhir abad kelima-belas dan permulaan abad keenam- belas, agama Islam tersiar di tanah Sunda Jawa Barat. Cirebon, Banten dan pesisir utara sudah jatuh dalam kekuasaan Sunan Gunung Jati; wilayah Pajajaran terdesak dari Barat, dari Timur, dari Utara dan Selatan, dikepung rapat. Yang menjadi Senapati Pajajaran, Prabu Sedah ** putera Siliwangi, bertugas menyambut musuh yang menyerang. Akan te- tapi ia kalah dan terpaksa mundur. Prabu Siliwangi dengan semua penghuni keraton yang setia, meloloskah diri. Waktu tentara Islam masuk kota Pajajaran, ternyata keraton sudah kosong. Prabu Siliwangi dengan rombongannya membuka tempat kediaman baru di pegunungan, di Cibeo Cikatawana, yang seka- rang disebut Baduy. Dalam pantun dan nyanyian, mereka hingga kini masih menge- nangkan Pajajaran. Menurut kepercayaan mereka, Prabu Siliwangi itu tidak mati, hanya ”ngahiang” pindah alam untuk sementara. Apa sebabnya maka mereka disebut ”Baduy”?. Mungkin karena mereka mengasingkan diri seperti orang Arab Baduwi yang hidup terpencil di padang gurun tanah Arab. *. Lihat Adiwijaya & M. A. Salmun, Pantjawarna, cetakan Balai Pustaka 1953, halaman 86 — 109. **. Jadi ia itu bukan raja sebagaimana dalam riwayat lain. 63 ZAMAN MUHAMMAD B IN YUSUF 1580 — 1596 M. * 988 — 100 H. . Dalam tahun 1580 Maulana Yusuf Sultan Banten jatuh sakit. Karena sakitnya keras, orang merasa bahwa ajalnya sudah dekat. Sebelum beliau meninggal, saudaranya, adiknya yang disebut Pangeran Arya dan yang mendapat didikan di istana Kalinyamat Jepara datang di Banten, atas kehendak Ratu Kalinyamat *, dengan disertai pengiring yang besar jumlahnya dan bersenjata lengkap, dengan maksud menggantikan kakaknya menjadi Sultan Banten. Dalam Kesultanan Demak, Jepara sebagai bandar terbesar di Jawa-Tengah selalu memainkan peranan penting. Pada zaman Sultan Trenggono, Jepara juga yang mengirimkan bantuan ke Johor-dan ke Aceh untuk menyerang Malaka. Dan pada tahun 1580 itu Jepara lagi yang ingin menanam pengaruhnya di Banten dengan mempergunakan saudara Yusuf. Maksud Ratu Kalinyamat Jepara itu hampir tercapai. Mula-mula para pangeran dan pembe- sar -pembesar lainnya bersedia menerima saudara Yusuf sebagai raja, tetapi kemudian mereka membalik dan menolak. Timbul pertempuran, dan tentara pengawal dari Jepara terdesak mundur, sehingga maksud mereka gagal” '**. Tentang ini Dr. Hamka menulis *** '’D alam tahun 1580 baginda Maulana Yusuf jatuh sakit. Setelah terdengar hagin Ha sakit keras, adiknya Pangeran Arya, datang dengan pengiring besar yang lengkap dengan senjata. Mangkubumi dan beberapa orang besar-besar yang lain mulanya menyetujui desakan Pangeran Arya, apatah lagi dia datang dengan kekerasan. Tapi Kadi Besar Kerajaan Banten tidak mau takluk kepada ancaman. Beliau berka- ta, meskipun usia pangeran Muhammad baru sembilan tahun, pemerintahan boleh dijalankan oleh Dewan Mangkubumi, namun * Drs. Soeroto, Ind. di tengah-tengah dunia II, halaman 184 ** Ibid„ halaman 184. *** Sejarah Umat Islam IV, halaman 124 — 64 1 WariS T , ayahnya tidaklah boleh dikisarkan kepada yang lain. Apatah lagi Pangeran Arya sudah lama meninggalkan Banten dan telah hidup sebagai orang Demak”. Pertempuran tidaklah dapat dielakkan lagi. Rupanya Tuan Kadi berkeras memimpin prajurit yang mempertahankan istana. Kadi sendiri memimpin pertempuran dan Mangkubumi melihat besarnya pengaruh Kadi lalu mengobah sikapnya dan berpihak kepada Kadi. Akhirnya Pangeran Arya tidaklah berhasil maksud- nya, karena gagal serangannya atas kota Banten, malam-malam beliau mengundurkan diri ke laut dan pulang ke Jepara. Sejak itu tidaklah dia kembali ke Banten lagi, sampai wafatnya *. Kitab Sejarah Banten berkata ** ”Maulana Yusuf wafat dalam usia 80 tahun dan diganti oleh puteranya Maulana Muhammad. Putera ini tidak membawa pero- bahan-perobahan kepada pengaturan-pengaturan ayahnya. Juga ia memperhatikan kepentingan-kepentingan agama. Telah mewa- kafkan sejumlah banyak kitab. Ia sangat menghormati gurunya yaitu Kiyahi Dukuh, bergelar Pangeran Kasunyatan, Kerajaan’ menjadi makmur”. J Selanjutnya Kitab tsb. meriwayatkan demikian *** ”Ketika Maulana Yusuf sakit keras, pemerintahan dipegang oleh patih Pa^ T' n 3 itusam P ai kepada saudaranya, Pangeran Japara. Dengan pengiring besar jumlahnya serta bersen- jata, diantaranya yang paling terkemuka Ki Demang Laksamana atanglah ia di Banten, dimana kepadanya ia diberikan tempat kediaman di Pagebangan. Maulana wafatlah. Puteranya Pangeran Mnhammacj masih kanak-kanak di dalam perwalian kadi K, 1 ’,. akl T d T an Surasaji ’ Sena P ati Pontang, Dipati Jayanagara Ki Waduaji dan Ki Wijamenggala. ’ D! dalam suatu rapat dari ponggawa-ponggawa dan mantri-mantri Mmgkubum 1 mengusulkan supaya Pangeran Japara dimaklumkan menjadi raja. Mereka menurut kemauannya itu, dan Mangkubumi Dr n ei V^ H IV ’ halaman 124-125 ••n sedianh Banten - hal — 36 -37. 65 sendiri pergi mengkabarkan putusan ini kepada Pangeran Japara, yang menyetujuinya. Ketika Kadi mendengar ini, segeralah ia mengumpulkan keempat orang yang pegang perwalian bersamanya itu. Setelah ia yakin akan kesetiaan mereka kepada Tuan mereka yang masih kecil itu, menulislah ia surat kepada Mangkubumi, mengharapkan, supaya Mangkubumi tetap setia dan sayang ter- hadap tuannya. Ia mengerti sindirannya itu. Ia mengadakan rapat kembali, di luar pengetahuan orang-orang dari Japara, dan ia sekarang mengusulkan anak yang belum akil baliq itu dinaikkan juga di atas takhta. Merekapun berpendapat ini baik pula. Kemudian dengan memba- wa seekor gajah, Mangkubumi mendatangi Pangeran Japara dan minta supaya ia menaikinya dengan upacara kebesaran. Dengan didampingi oleh Mangkubumi dan Ki Demang Laksamana, berge- raklah Pangeran Japara mengendarai gajah dengan iringan besar dan hiasan-hiasan kerajaan sampai di muka Darparagi. Di situ ia menyuruh Patih berhenti ia sendiri akan menyeberangi sungai yang mengalir di muka Darparagi. Di bawah sengkuap Srimanganti, gapura-luar dari istana, duduklah pewaris takhta sah yang masih kecil itu di atas pangkuan kadi dan dikelilingi oleh para ponggawa dan para mantri, patih telah melewati sungai dan mengatur rakyatnya. Kemudian kembalilah ia memberitahu Pangeran Japara, bahwa ia disuruh oleh keponakannya untuk mencegahnya jangan menye- berangi alun-alun; ia harus kembali ke Jepara; perahu-perahu sudah disiapkan untuk dia. Kemudian berkobarlah perlawanan di bawah pimpinan Ki Demang Laksamana yang marah karena pengkhianat- an patih. Ki Demang Laksamana gugur diserang oleh patih, dan Pangeran Japara lari dengan sisa pengikutnya, kembali ke Japara. Pangeran Muhammad dimaklumkan menjadi raja dan dis ebut Kangjeng Ratu Banten dari Surosowan. Kadi menyerahkan perwa- lian kepada Mangkubumi”. Selanjutnya Sejarah Banten berkata ”Pada suatu ketika datanglah di muka Banten sebuah kapal kepunyaan orang-orang Paranggi, Orang Eropah. Kapal itu diser- bu oleh orang Banten di bawah pimpinan Mangkubumi. Mereka menganggap ini sebagai perang suci. Di antara r ampuan perangnya adalah dua buah meriam bernama Kalantaka dan Urangayu”. 66 Sultan Muhammad adalah seorang orang yang saleh dan < merupakan contoh utama melukiskan keadaan zamannya. Dan yang tidak melanggar batas-batas syari’at Islafn. Karena itu maka tiap-tiap orang yang menjalankan perdagangan diharuskan menta’ati hukum-hukum syariat itu *. Pelabuhan Banten selalu penuh dengan kapal kapal dari ber- bagai penjuru dunia. Para pembesar mencurahkan perhatian penuh supaya tentara Banten cukup kuat dan berdisiplin. Dan tidak heran apabila Banten di zaman Sultan Muhammad yang dibantu oleh Patih Mangkubumi itu bertambah kuat, kaya dan makmur. Industri pembikinan kapal dan kegiatan pelayaran memperoleh kemajuan besar **. Di Banten berdiri pula kongsi-kongsi asuransi pelayaran, padahal demikian ini pada ketika itu belum terlintas di hati seorangpun di Eropah. Rumah-rumah di sana sebagian besar dibuat dari kayu dan bambu, akan tetapi orang Tionghoa biasanya membuat rumahnya dari batu. Mesjid dibina dari batu pula, dan ruang dalam dan ruang luarnya dipasangi ubin. Mesjid itu merupakan juga Madrasah bagi anak-anak belajar membaca, menulis, berhitung dan bahasa Arab.***. Menurut beberapa penulis dari Barat, Madrasah-madrasah itu ada- lah gedung-gedung tersendiri didirikan dekat atau sekitar mesjid- mesjid. Ini mulai ada sejak pemerintahan Maulana Yusuf. Di Banten didirikan pula gudang-gudang senjata, gudang- gudang untuk menyimpan barang-barang dagangan, dan terdapat pula rumah penjara. Bagi orang-orang pengembara. Pemerintah menyediakan tempat-tempat kediaman khusus di luar pagar kota. Adapun kota itu dibagi beberapa bagian, tiap-tiap bagian dikuasai oleh seorang kepala dari Pemerintah. Orang-orang pendatang *. Ibid , halaman 39. **. Douwes Dekker, Vluchtig Overzicht. halaman 82. ***. Ibid . , halaman 8 2. 67 yang memiliki kecakapan, oleh Pemerintah diberi pekerjaan dan pangkat tinggi juga *. Patih Mangkubumi dalam pekerjaan pemerintahan dibantu oleh Ilewan Kesultanan yang mengadakan d. * umum untuk membicarakan soal soal perang dengan diha para perwira Pasar di sana ada dua buah, satu khusus untuk laki-laki saja, vans satunya lagi untuk wanita, yaitu untuk mencegah percam- nurfn laki-laki dan wanita ditempat-tempat ramai seperti pasar Ini menunjukkan betapa kerasnya Pemerintah Banten menjalankan ^^“penulied-enulie seperti Douwes Dekker dsh Menurut para penulis sejarah itu, akhlaq dan kesopanan sangat diperhatikan oleh Pemerintah di sana. Betapa pentingnya kedudukan Banten di bidang perdagangan adalah jeL dari kenyataan-kenyataan bahwa saudagar-saudagar aslf Banten tidak pergi kelain tempat, tetapi tinggal di rumah-ru- mi me^ka m^-lsing dan mereka beroleh keuntungan de- n^m ^alan memberikan uang untuk melengkapi ^-kapah dan semua barang-barang yang didatangkan orang-orang dm luar ftu mula-mula masuk Banten dari sini baru dikirimkan kelam a tempat di Indonesia. Untuk sedikit menyaksikan kemakmuran rezeki di Banten pada ketika itu baiklah kita mengambil san tulisan Frmn Mees * Mereka di sana membuat kapal dari kayu rimba. Dan Banten tidak perlu mendatangkan keperluan hidup dari luar wiky^nya beras Di sana ayam, telur, buah-buahan dan ikan dijual denga harga murah sekali. Orang asing bisa hidup di Banten dengan lay hanya 20 sen sehari. * Ibid., halaman 82. ...... u i.™»» »7 **. Fruin Mes». Sejarah Tanah Jawa, jiiid //, halaman 27, ***. Sejarah Tanah Jawa, halaman 27. 68 Menurut Douwes Dekker, ibukota Banten adalah kota terbe- nar di seluruh Asia bagian Timur. Beberapa penulis dari Barat menamai Sultan Muhammad bin Yusuf itu seorang ahli ibadah. Beliau dididik oleh ayahanda Sultan Yusuf atas ilmu, amal, iman dan kesalehan dengan dibantu oleh asuhan kadi qod!i dari Surasaji. Beliau tidak saja mendapat didikan untuk menjadi Sultan yang memperhatikan kepentingan Muslimin, berkasih sayang terhadap seluruh rakyat. Karena itu maka beliau sangat dicintai oleh mereka, sehingga beroleh gelar Kangjeng Ratu Banten. - 8 Nuhadalah tokoh utama pada kisah banjir bandang dalam Al-Qur'an, Alkitab, dan Tanakh.. Di dalam Al-Qur'an, banjir bandang yang menyapu seluruh muka bumi diturunkan oleh Allah yang maha mengetahui lagi maha penyayang, dikarenakan permintaan Nuh yang gagal mengajak umat manusia untuk menyembah Allah. Sehingga Nuh pun memohon kepada Allah untuk tidak membiarkan satupun orang kafir tinggal di
Cianjur, NU Online Para pengajar Fakultas Islam Nusantara FIN Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia Unusia berziarah ke Ajengan Syathibi di Gentur, Cianjur, Jawa Barat pada Selasa 14/1. Penulis Mahakarya Ulama Nusantara Ahmad Ginanjar Sya'ban menyampaikan bahwa ulama yang dikenal sebagai Mama Gentur Kaler adalah maha gurunya ulama-ulama Sunda di paruh pertama abad 20. "Kiai-kiai ajengan Sunda paruh pertama abad 20 itu ya muridnya," katanya kepada NU Online usai berziarah bersama koleganya. Untuk berziarah ke Mama Gentur, para peziarah dilarang membawa ponsel dan alat-alat potret. Pasalnya, kata Ginanjar, ulama yang diziarahi ini mengharamkan kamera. Pada gerbang kompleks pemakamannya terdapat tulisan dengan cat warna merah tentang pelarangan membawa ponsel ke area makam. Bahkan, jangankan di area makam, penduduk sekitarnya sendiri juga sungkan, tidak berani, memotret segala sesuatu di wilayah Gentur. Selain itu, peziarah juga diharuskan bersarung sebagai bagian dari tatakrama sowan kepada sahibul maqam. Sebaiknya, jika hendak berziarah perlu dipersiapkan sarungnya. Meskipun, di depan gerbangnya, terdapat lapak yang menyediakan sarung untuk pengunjung. Namun, saat para dosen FIN Unusia berziarah pukul WIB, lapak tersebut masih tutup. Dari praktik tersebut, pengajar FIN Unusia Syamsul Hadi menyebutkan bahwa cara kehidupan masyarakat setempat masih mempertahankan tradisi, meskipun dalam berkehidupannya sudah sedikit modern dengan gaya membajak sawahnya yang sudah menggunakan mesin dan sebagainya. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bacaan saat ziarah. Selain bacaan tahlil atau surat-surat pilihan lainnya, dianjurkan juga untuk membaca shalawat Nariyah. Namun, ada satu hal yang berbeda bacaannya dengan shalawat Nariyah pada umumnya, yakni pada lafal wa yustasqa al-ghamamu, ketika berziarah di Makam Mama Gentur, lafal tersebut dibaca wa yastasqi al-ghamamu, menghormati ijazah shalawat Nariyah yang sampai kepada sahibul maqam. Setiap pekan ketiga Jumadil Akhir diadakan Haul Mama Gentur. Ajengan Heri, Pengasuh Pondok Pesantren Al-I'tishom, puluhan ribu orang akan memadati pemakamannya. Tak ayal, saat FIN Unusia berziarah, puluhan lapak dari jarak ratusan meter sudah siap untuk digunakan berjualan mengingat waktu haul sekitar dua minggu lagi. Budayawan Ngatawi Al-Zastrouw menyampaikan bahwa hal itu sangat baik karena meningkatkan perekonomian masyarakat. Tak jauh dari pemakaman Mama Gentur Kaler, ada pula makam Mama Gentur Kidul yang bernama asli Ajengan Qurthubi. Ia merupakan adik dari Ajengan Syathibi. Keduanya ini berguru kepada Mama Sohih yang makamnya juga berjarak sekitar 2 KM. Pewarta Syakir NF Editor Abdullah Alawi
HabibAbdullah bin Ahmad Al-Kaff berpulang ke Rahmatullah pada hari Ahad 7 September 2008 bertepatan pada 7 Ramadhan 1429 H, pukul 04.00 di Condet, Jakarta Timur setelah dirawat dua hari di Rumah Sakit Haji Pondok Gede Jenazah sang ulama, Al-Maghfurlah Habib Abdullah bin Ahmad Al-Kaff, dimakamkan di pemakaman Al-Haddad, kota TEGAL, pada sore Bogor, NU Online Jabar Yayasan Islamic Center Al-Ghazaly Bogor menggelar perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw sekaligus Haul ke-36 Mama Abdullah bin Nuh di halaman Pesantren Al-Ghazaly yang saat ini diasuh oleh KH Musthafa ABN yang juga sebagai Rais Syuriah PCNU Kota Bogor, pada Ahad 09/10. Dalam rangkaian Maulid dan Haul ini, Kiai yang akrab disapa Abah Toto tersebut menyampaikan saat ziarah kubra di Makam Mama Abdullah bin Nuh bahwa dengan wasilah ulama kita dapat mengenal sosok pribadi mulia Nabi Muhammad Saw. "Kalau Maulid ada sosok mulia yang dilahirkan di Haul ada mereka yang berjasa telah menjadi estafet dari ajaran Rasulullah Saw. Mereka yang menghidupkan sunnah, menghantarkan kita pada kecintaan kepada sang manusia suci sebagai uswatun hasanah," tuturnya yang juga merupakan salah seorang puutra dari Mama ABN. Sementara itu, tausiah agama pertama disampaikan oleh Al-Habib Hasan Syahab. Ia menyampaikan bahwa peringatan maulid ini adalah bentuk kecintaan kepada Kanjeng Nabi Muhammad Saw serta mengenang keteladanan manusia yang dicintai Allah Swt. "Dengan hadirnya kita di acara maulid Nabi Saw dan Haul ke-36 Mama Abdullah bin Nuh ini adalah sebagai wasilah kita mendapatkan keberkahan dari apa yang sudah terjadi, kita kisahkan kembali, kisah Rasulullah Saw, manusia manusia sholih dari alim ulama kita juga," jelasnya. Habib Hasan Syahab mengutip salah satu ayat dalam Al Quran Surat Hud ayat 120 وَكُلًّا نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنۢبَآءِ ٱلرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِۦ فُؤَادَكَ ۚ Artinya Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu Muhammad, agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu,". Lalu, ia melanjutkan bahwa kita hendaknya التمسوا البركة من ذو البركة Artinya "Ambilah oleh kalian keberkahan dari mereka orang yang mendapatkan keberkahan dari Allah Swt,". Menurutnya, mendoakan orang sholih itu mendatangkan keberkahan dan menjalin ikatan batin sanad keilmuan dari karya-karya untuk kemanfaatan yang terus berkesinambungan. "Tentunya dengan acara Haul ke-36 dari Al-Allamah Ajengan Mama Abdullah bin Nuh yang hidupnya penuh dengan keteladanan, dan kita hendaknya mengambil dari pribadi beliau semoga Allah meridoinya," Jelas Habib yang juga sebagai pengajar Kitab Hadratusyekh Mbah Hasyim Asyari di PCNU Kota Bogor. Dalam kesempatan yang sama, salah seorang tokoh NU Cibinong KH Zein Zarnuji yang juga pengamal Tarekat TQN pada acara Maulid dan Haul ke-36 Mama Abdullah bin Nuh mengajak kepada jamaah yang hadir untuk kembali meneladani dari pribadi manusia tercinta Nabi Muhammad Saw. Ia menilail, kegiatan ini juga mengenang kembali sepak terjang dari seorang allamah yang disegani di masanya yang hingga kini terus hidup dari karya-karyanya. "Maulid dan Haul ini mendatangkan limpahan keberkahan, yang tentunya Nabi sebagai uswatun hasanah yang kita berharap syafaatnya. Dan kita mengambil keberkahan dari Ajengan Mama Abdullah bin Nuh karena telah menghidupkan sunnah baginda kita Muhammad Saw. Murid kalmayyit, ini harus kita amalkan dan lestarikan apalagi sebagai santri haruslah patuh kepada kiainya, gurunya," jelasnya yang juga sekaligus Pimpinan Pondok Pesantren Roudhotul Hikam, Cibinong. Kiai Zein juga menambahkan, dalam tafsir At-Tobari, juga tafsir Ibnu Katsir diceritakan bahwa Rasulullah SAW bersilaturahmi kepada orang Arab dan disambut baik, dan Nabi dengan hal ini tidak pernah melupakan jasa-jasa kebaikan orang yang sudah berbuat baik kepadanya, dan hendaknya dapat memiliki cita-cita yang tinggi, masuk surga firdaus, seperti si nenek yang meminta doa kepada Nabi Musa agar masuk ke surga dengannya. Lalu, salah seorang ahli perbankan syariah murid dari Mama Abdullah bin Nuh yakni Dr H Antonio Syafii, mengungkapkan, dengan wasilah Mama menjadi seorang muslim yang taat. Pada kesempatan yang sama menyampaikan bahwa peran Mama ABN sebagai ulama yang warosatul anbiya. "Saya menuliskan ketokohan Mama Abdullah bin Nuh sebagai Al-Ghazaly Indonesia dikarenakan segala yang ada pada diri Mama sebagai sosok Ulama yang dalam bidang apa pun beliau dapati hal ini menjadikan kita untuk bisa juga mengambil keberkahan darinya, beliau Ulama Kharismatik, Pahlawan penjuang NKRI, ahli sejarah, ahli bahasa asing dengan karya kitab yang ditulisnya, seorang orator," jelasnya. Selain itu, Walikota Bogor Bima Arya menyampaikan, maulid ini kita memperingati sosok manusia paripurna dalam segala aspek baik dhohir maupun batinnya. Pemimpin yang menjadi teladan sepanjang masa bagi umat manusia. "Kita harus banyak belajar dari keteladanan Rasulullah Saw. Yang dapat membangun persatuan, membangun semangat solidaritas untuk menebarkan kemaslahatan sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad sebagai teladan umat," Ujar orang nomor satu di Kota Bogor. Ia menambahkan bahwa dengan maulid ini menjadikan kita bersama sama ulama baik dari habaib, kiai, untuk menjaga kondusifitas di Kota Bogor. "Yang terpenting adalah menjadikan Rasulullah Saw sebagai kiblat teladan untuk kita semua," tandasnya. Sebagai informasi, acara yang dimulai dengan rangkaian bakti sosial yang diadakan oleh Yayasan Islami Al-Ghazaly untuk warga sekitar Kota Bogor. Rangkaian haul dan peringatan maulid nabi Muhammad SAW tersebut diisi dengan khitanan masal, ziarah kubra ke Makam Mama ABN, bazar, santunan yatim, lomba antar siswa/i Al-Ghazaly, dan penampilan kesenian islam dari para santri Pesantren Al-Ghazaly. Acara tersebut dihadiri oleh Alim Ulama Kota Bogor, Pengurus Jajaran PCNU Kota Bogor, Pengurus MWCNU se-Kota Bogor, Pengurus Ranting NU se-Kota Bogor, Pengurus Rabithah Alawiyah Jabar, dan untuk doa disampaikan oleh KH Fuad Fitri selaku Mustasyar PCNU Kota Bogor. Pewarta Abdul Mun'im Hasan Editor Muhammad Rizqy Fauzi
MengenangTokoh Islam Kharismatik Cianjur. (Sejarah Islam) Oleh ; Zhovena. Kisah Aang Nuh, yang tidak pernah luput bagi kaum Islam, Seorang tokoh kharismatik dari Kabupaten Cianjur terkenal hingga seantero jagad dari Karomah yang beliau miliki untuk menolong Orang yang membutuhkan.. Adalah asli bernama, Mama Abdullah Haq Nuh bin Syekh Ahmad Syathiby Gentur bin Syekh Muhammad Said bin Syekh
Jakarta – KH. Abdullah Haq Nuh bin Syekh Ahmad Syathiby Gentur atau biasa dikenal dengan Mama Aang Nuh merupakan putra dari seorang ulama besar bernama Syekh Ahmad Syathibi al-Qonturi Mama Gentur, tidak ada catatan kapan dan di mana Mama Aang Nuh lahir. Namun yang pasti, nasab beliau tersambung hingga Rasulullah SAW. Mama Aang Nuh terkenal dengan beberapa karomah beliau, diantaranya yang masyhur ialah saat Mama Aang Nuh berziarah ke makam Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus, beliau bertemu dan disambut langsung oleh Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus secara jaga yaqodzoh. Kemudian Mama Aang Nuh ditalqin dan dibaiat langsung oleh Habib Husein. Lokasi Makam KH. Abdullah Haq Nuh bin Syekh Ahmad Syathiby Gentur atau Mama Ajengan Aang Nuh wafat pada tahun 1990. Makam beliau terletak di Kp. Gentur, Desa Bangbayang, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, tepatnya di Komplek Pemakaman Makam Keramat Mama Gentur. Selain makam Mama Ajengan Aang Nuh, di dalam komplek tersebut terdapat juga makam Syekh Ahmad Syathibi al-Qonturi Mama Gentur, Mama Ajengan Aang Baden, dan beberapa ulama Cianjur lainnya. CEK LOKASI SELENGKAPNYA DI SINI Tidak banyak dokumentasi terkait makam beliau, dikarenakan peraturan makam yang melarang jamaah membawa HP saat berada di area makam. Beberapa informasi juga memberitahukan bahwa perempuan dilarang masuk ke dalam Makam Mama Gentur. Editor Daniel Simatupang PenulisMahakarya Ulama Nusantara Ahmad Ginanjar Sya'ban menyampaikan bahwa ulama yang dikenal sebagai Mama Gentur Kaler adalah maha gurunya ulama-ulama Sunda di paruh pertama abad 20. "Kiai-kiai (ajengan) Sunda paruh pertama abad 20 itu ya muridnya," katanya kepada NU Online usai berziarah bersama koleganya.
Pendidikan merupakan suatu proses di dalam menemukan transformasi baik dalam diri, maupun komunitas. Oleh sebab itu, proses pendidikan yang benar adalah membebaskan seseorang dari berbagai kungkungan, intimidasi, dan ekploitasi. Di sinilah letak afinitas dari aspek pedagogik, yaitu membebaskan manusia secara konprehensif dari ikatan-ikatan yang terdapat diluar dirinya atau dikatakan sebagai suatu yang mengikat kebebasan seseorang. Maka dari pada itu, pendidikan adalah merupakan elemen yang sangat signifikan dalam menjalani kehidupan, karena dari sepanjang perjalanan hidup manusia, pendidikan merupakan barometer untuk mencapai maturitas nilai-nilai kehidupan. Hal itu sejalan dengan salah satu aspek tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum dalam UU SISDIKNAS RI No. 20 Tahun 2003, tentang membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur melalui proses pembentukan kepribadian, kemandirian dan norma-norma tentang baik dan buruk. Sedangkan di sisi lain manusia sebagai makhluk pengemban etika yang telah dikaruniai akal dan budi. Dengan demikian, adanya akal dan budi menyebabkan manusia memiliki cara dan pola hidup yang multidimensi, yakni kehidupan yang bersifat material dan bersifat spritual Begitu pentingnya pendidikan bagi setiap manusia, karena tanpa adanya pendidikan sangat mustahil suatu komunitas manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan cita citanya untuk maju, mengalami perubahan, sejahtera dan bahagia sebagaimana pandangan hidup mereka. Semakin tinggi cita-cita manusia, maka semakin menuntut peningkatan mutu pendidikan sebagai sarana pencapaiannya. Hal ini telah termaktub dalam al-Qur‟an surat al-Mujadalah ayat 11 Artinya“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Depag RI, 1974 911. Relevan dengan hal tersebut, maka penyelenggaraan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari tujuan yang hendak dicapai. Buktinya dengan penyelenggaraan pendidikan yang kita alami di Indonesia. Tujuan pendidikan mengalami perubahan yang terus menerus dari setiap pergantian roda kepemimpinan. Maka dalam hal ini sistem pendidikan nasional masih belum mampu secara maksimal untuk membentuk masyarakat yang benar-benar sadar akan tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Melihat fenomena yang terjadi pada saat sekarang ini banyak kalangan yang mulai mencermati sistem pendidikan pesantren sebagai salah satu solusi untuk terwujudnya produk pendidikan yang tidak saja cerdik, pandai, lihai, tetapi juga berhati mulia dan berakhlakul karimah. Hal tersebut dapat dimengerti, karena pesantren memiliki karakteristik yang memungkinkan tercapainya tujuan yang dimaksud. Karena itu, sejak lima dasawarsa terakhir diskursus di seputar pesantren menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Hal ini tercermin dari berbagai fokus wacana, kajian dan penelitian para ahli, terutama setelah kian diakuinya kontribusi dan peran pesantren yang bukan saja sebagai “subkultur” untuk menunjuk kepada lembaga yang ber-tipologi unik dan menyimpang dari pola kehidupan umum di negeri ini sebagaimana disinyalir Abdurrahman Wahid 1984 32. Tetapi juga sebagai “institusi kultural” untuk menggambarkan sebuah pendidikan yang punya karakter tersendiri yang unik, sekaligus membuka diri terhadap hegemoni eksternal, sebagaimana ditegaskan oleh Hadi Mulyo 1985 71. Dikatakan unik, karena pesantren memiliki karakteristik tersendiri yang khas yang hingga saat ini menunjukkan kemampuannya yang cemerlang mampu melewati berbagai episode zaman dengan kemajemukan masalah yang dihadapinya. Bahkan dalam perjalanan sejarahnya, Ia telah memberikan andil yang sangat besar dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa dan memberikan pencerahan terhadap masyarakat. Pesantren sebagai salah satu format lembaga pendidikan dipercaya sebagai formula jitu yang dapat menangani permasalahan-permasalahan umat dewasa ini, mengingat perkembangan dunia pendidikan dewasa ini tampak sangat memprihatinkan. Tidak hanya pendidikan Islam saja bisa dengan tanpa mengurangi nilai-nilai dan pandangan hidup yang sudah berjalan di pesantren. Pada dasarnya pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tidak memandang strata sosial, lembaga ini dapat dinikmati semua lapisan masyarakat, laki-laki perempuan, tua-muda, miskin kaya, mereka semua dapat menikmati pendidikan di lembaga ini. Dan satu hal yang perlu kita catat bahwa tidak sedikit pemimpin-pemimpin bangsa ini, baik pemimpin yang duduk dalam pemerintahan maupun yang bukan, formal atau informal, besar maupun kecil, di antara pemikiran mereka diwarnai dengan pola pendidikan pondok pesantren. Di banyak tempat istilah yang identik dengan pondok pesantren ini juga mempunyai banyak persamaan nama, di Jawa dan Madura istilah yang sering digunakan adalah pondok Dhofier, 1984 18 atau pondok pesantren Ali, 1987 15, sedang di Aceh dikenal dengan istilah “Dayah, Rangkang, atau Meunasah/ Madrasah Hasbullah, 1999 32, adapun di Minangkabau pesantren lebih dikenal dengan istilah “Surau”, sedangkan di Pasundan institusi ini disebut dengan “Pondok” Raharjo, 1985 2. Sebagai lembaga pendidikan lanjut, pesantren merupakan tempat yang mengkonsentrasikan para santrinya untuk diasuh, dididik dan diarahkan menjadi manusia yang paripurna oleh kyai atau guru.
MengenalSosok Mama Abdullah bin Nuh. admin Send an email 25 Jan, 2021 Dalamusia yang sangat muda Imam Bukhari telah memiliki pengetahuan dan ilmu Hadis yang cukup dalam. Semua terjadi berkat kesabaran, ketabahan ibunya yang mengasuh dan mendidiknya dengan kasih sayang. Di usia remaja dan umur belia, Bukhari telah hafal kitab Karya Ibnu Mubarok dan Waqi' bin Al Jarrah. Pada zaman pemerintahan Umar bin Khottob orang-orang tertimpa kemarau yang sangat panjang. Kemudian, ada seorang laki-laki berziarah ke makam Nabi saw. Dia berkata: Ya, Rasulullah ! Mintakanlah hujan (kepada Allah) untuk ummatmu ! Karena, mereka sedang mengalami kerusakan (kelaparan). Kemudian, laki-laki itu tertidur. .
  • 8z7y5bnl4s.pages.dev/171
  • 8z7y5bnl4s.pages.dev/635
  • 8z7y5bnl4s.pages.dev/67
  • 8z7y5bnl4s.pages.dev/483
  • 8z7y5bnl4s.pages.dev/291
  • 8z7y5bnl4s.pages.dev/889
  • 8z7y5bnl4s.pages.dev/941
  • 8z7y5bnl4s.pages.dev/660
  • 8z7y5bnl4s.pages.dev/709
  • 8z7y5bnl4s.pages.dev/489
  • 8z7y5bnl4s.pages.dev/18
  • 8z7y5bnl4s.pages.dev/480
  • 8z7y5bnl4s.pages.dev/395
  • 8z7y5bnl4s.pages.dev/193
  • 8z7y5bnl4s.pages.dev/475
  • makam mama abdullah bin nuh